Nama : Novi wulandari
Kelas : 3EA27
Npm : 1A213052
Tugas ke : 6
Dosen : Tomy Adi Sumarso,SE
I.
KEBUDAYAAN
i.
Definisi
Kebudayaan adalah
sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau
gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedagkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture. Kata tersebut sebenarnya berasal dari bahasa
Latin “colere” yang berarti pemeliharaan, pengelolaan tanah menjadi tanah
pertanian. Sedangkan kata Indonesia “budaya” berasal dari bahasa Sansekerta
yaitu kata “buddayah”. Kata budayyah berasal dari kata “budhi” atau akal.
manusia memiliki unsur-unsur potensi budaya yaitu pikiran (cipta), rasa dan
kehendak (karsa). Hasil ketiga potensi budaya itulah yang disebut kebudayaan.
Untuk lebih memperkaya
wawasan kita mengenai definisi kebudayaan, berikut adalah pendapat beberapa
ahli mendefinisikan kata tersebut:
a.
Solomon: Budaya adalah
akumulasi dari makna-makna dalam masyarakat, ritual, norma dan tradisi diantara
para anggota dari satu organisasi atau masyarakat.
b.
Schiffman-Kanuk: Budaya
merupakan karakter dari seluruh masyarakat yang di dalamnya meliputi
faktor-faktor bahasa, pengetahuan, hukum, agama, kebiasaan-kebiasaan makan,
musik, seni, teknologi, pola kerja, dan lain-lainnya yang memberikan arti bagi
kelompok tertentu.
c.
Neal-Quester-Hawkins: Budaya
adalah konsep yang sangat kompleks, meliputi ilmu pengetahuan, kepercayaan,
seni, hukum, moral, kebiasaan dan setiap kemampuan dan kebiasaan dan
kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki oleh individu atau kelompok masyarakat.
d.
Selo Soedmardjan dan
Soelaiman Soemardi: kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarkat.
e.
Newcombe: Kepribadian
adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang
terhadap perilaku.
ii.
Karakteristik
Kebudayaan
Beberapa konsep kunci
mengenai kebudayaan adalah:
1.
Kebudayaan itu hanya
dimiliki oleh masyarakat manusia.
2.
Kebudayaan itu tidak
diturunkan secara biologis melainkan diperoleh melalui proses belajar
3.
Kebudayaan itu didapat,
didukung dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Budaya adalah suatu cara
hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang
rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan
bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Dalam kaitannya dengan
pemasaran, konsep budaya seringkali dirinci lagi menjadi:
a.
Kultur
Kultur (kebudayaan)
adalah determinan yang paling fundamental dari keinginan dan perilaku
seseorang. Anak memperoleh serangkaian nilai (values), persepsi,
preferensi, dan perilaku melalui keluarganya dan institusi-institusi utama
lainnya. Seorang anak yang dibesarkan di Asia mendapat nilai-nilai hubungan
keluarga dan pribadi, kepatuhan, kepercayaan, respek terhadap orang lain
terutama yang lebih tua, dan kesalehan. Sebuah restoran cepat saji Amerika Serikat
(McDonald’s) di Singapura memanfaatkan kesempatan dalam karakteristik orang
singapura yang “takut kalah” atau kisau dalam terminologi lokal. McDonalds
meluncurkan Kisau Burger–sandwich ayam yang diasinkan. Mereka juga menciptakan
karakter Mr. Kisau McDonalds yang akan memberitahukan kepada anda bahwa ada 42
biji wijen pada rotinya dan menghitungnya sehingga anda tidak akan tertipu.
Konsumen tertarik dengan burger baru tersebut karena burger tersebut
dihubungkan dengan karakter Mr.Kisau tadi.
b.
Subkultur
Setiap kultur terdiri
dari sub-sub kultur yang lebih kecil yang memberikan identitas dan sosialisasi
yang lebih spesifik bagi para anggotanya. Sub-kultur mencakup kebangsaan,
agama, kelompok ras, dan daerah geografis. Banyak sub kultur membentuk segmen
pasar yang penting dan para pemasar kerap kali merancang produk dan program
pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Salah satu contohnya adalah
pentingnya fengshui bagi orang cina, khususnya mereka yang berasal dari
kalangan bisnis di Hongkong, Malaysia, dan Singapura. Mereka telah lama dikenal
bergantung pada fengshui dalam pemilihan kantornya, agar bisa memperoleh lama
dan keberuntungan serta kemakmuran. Para pembeli rumah dari etnis tionghoa ini
menghindari nomor 4 karena lafal angka empat mirip dengan kata “mati” sehingga
mereka kerap kali menganggap konotasinya sama.
c.
Kelas Sosial
Sebenarnya semua
masyarakat manusia menunjukan stratifikasi sosial. Stratifikasi kadang-kadang
berupa sistem kasta seperti di masyarakat India tradisional, di mana anggota
dari kasta yang berbeda dibesarkan untuk peraran-peranan tertentu dan tidak
dapat mengubah keanggotaan kasta mereka. Stratifikasi adalah bentuk kelas
sosial atau divisi: kelompok yang relatif homogen dan tetap dalam sualu
masyarakat, yang tersusun secara hierarkis dan anggota-anggotnya memiliki
nilai, minat, dan perilaku yang mirip.
Karakteristik kelas
sosial antara lain:
1.
Orang-orang dalam
masing-masing kelas sosial cenderung untuk berperilaku yang lebih mirip
daripada orang yang berasal dari kelas sosial yang berbeda.
2.
Orang dipersepsikan
mempunyai posisi yang lebih tinggi atau lebih rendah menurut kelas sosial
mereka.
3.
Kelas sosial seseorang
ditemukan oleh sejumlah variabel, seperti pekerjaan, penghasilan, kekayaan,
pendidikan, dan orientasi nilai, dan bukan hanya oleh salah satu variabel
tunggal tertentu.
4.
Individu-individu dapat
pindah dari satu kelas sosial ke kelas sosial yang lain–naik atau turun–selama
hidup mereka. Tingkat mobilitas ini bervariasi, tergantung pada rigiditas atau
kekakuan stratifikasi social dalam masyarakat tertentu.
Kelas-kelas sosial
menunjukan preferensi produk dan merek dalam bidang-bidang ter-tentu seperti
pakaian, perabotan rumah, kegiatan pada waktu luang, dan kendaraan. Beberapa
pemasar memfokuskan usaha mereka pada satu kelas social. Misalnya Shang Palace
di Shangrila Hotel Singapura berfokus pada pelanggan kelas atas, sedangkan kios
makanan di pusat penjaja terbuka berfokus pada pelanggan kelas menengah dan
bawah. Kelas-kelas sosial berbeda dalam preferensi media mereka, di mana
konsumen kelas atas memilih media majalah dan buku sedangkan konsumen kelas bawah
memilih televisi. Bahkan dalam sebuah kategori media, seperti TV, konsumen
kelas atas lebih menyukai siaran berita dan drama, sedangkan konsumen kelas
bawah lebih menyukai sinetron dan acara kuis. Terdapat juga perbedaan bahasa di
antara kelas-kelas sosial Para pemasang iklan harus menyusun kopi iklan (copy)
dan dialog yang benar-benar sesuai dengan kelas sosial yang dituju.
II.
PENGARUH KEBUDAYAAN
ATAS PERILAKU KONSUMEN
i.
Nilai
Individu tidak lahir
dengan membawa nilai-nilai (values). Nilai-nilai ini diperoleh dan
berkembang melalui informasi, lingkungan keluarga, serta budaya sepanjang
perjalanan hidupnya. Mereka belajar dari keseharian dan menetukan tentang
nilai-nilai mana yang benar dan mana yang salah. Untuk memahami perbedaan nilai-nilai
kehidupan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi dimana mereka tumbuh
dan berkembang.
Nilai-nilai tersebut
diambil dengan berbagai cara antara lain:
a.
Model atau contoh: individu
belajar tentang nilai-nilai yang baik atau yang buruk melalui observasi
perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan masyarakat lingkungannya dimana
ia bergaul.
b.
Moralitas: keluarga, ajaran
agama, sekolah dan institusi tempatnya bekerja memberikan ruang dan waktu atau
kesempatan kepada individu untuk mempertimbangkan nilai-nilai yang berbeda .
c.
Arbitrer/mana-suka: proses
dimana adaptasi nilai-nilai kurang terarah dan sangat tergantung kepada
nilai-nilai yang ada didalam diri seseorang dan memilih serta mengembangkan
sistem nilai-nilai tersebut menurut kemauan mereka sendiri. Hal ini lebih
sering disebabkan karena kurangnya pendekatan, atau tidak adanya bimbingan atau
pembinaan sehingga dapat menimbulkan kebingungan, dan konflik internal bagi
individu tersebut.
d.
Penghargaan dan Sanksi: Perlakuan
yang biasa diterima seperti mendapatkan penghargaan bila menunjukan perilaku
yang baik, dan sebaliknya akan mendapatkan sanksi atau hukuman bila menunjukan
perilaku yang tidak baik.
e.
Tanggung jawab untuk
memilih: adanya dorongan internal untuk menggali nilai-nilai tertentu dan
mempertimbangkan konsekuensinya untuk diadaptasi. Disamping itu, adanya
dukungan dan bimbingan dari seseorang akan menyempurnakan perkembangan sistem
nilai dirinya sendiri.
Sifat-sifat nilai-nilai
sosial antara lain:
a.
Merupakan konstruksi
masyarakat sebagai hasil interaksi antar warga masyarakat.
b.
Disebarkan di antara warga
masyarakat (bukan bawaan lahir).
c.
Terbentuk melalui
sosialisasi (proses belajar).
d.
Merupakan bagian dari usaha
pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia.
e.
Bervariasi antara kebudayaan
yang satu dengan kebudayaan yang lain. Dapat memengaruhi pengembangan diri sosial.
f.
Memiliki pengaruh yang
berbeda antar warga masyarakat.
g.
Cenderung berkaitan satu
sama lain.
Berdasarkan
ciri-cirinya, nilai sosial dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu nilai dominan
dan nilai mendarah daging (internalized value).
Sebagaimana
terbentuknya, nilai juga mempunyai karakteristik tertentu untuk berubah. Karena
nilai diperoleh dengan cara terpisah, yaitu dihasilkan oleh pengalaman budaya,
masyarakat dan pribadi yang tertuang dalam struktur psikologis individu, maka
nilai menjadi tahan lama dan stabil. Jadi nilai memiliki kecenderungan untuk
menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. Salah satunya
adalah bila terjadi perubahan sistem nilai budaya di mana individu tersebut
menetap.
Dampak nilai-nilai inti
budaya terhadap pemasar antara lain:
1.
Kebutuhan
Konsep dasar yang
melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah
pernyataan dari rasa kahilangan, dan manusia mempunyai banyak kebutuhan yang
kompleks. Kebutuhan manusia yang kompleks tersebut karena ukan hanya fisik
(makanan, pakaian, perumahan dll), tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri,
sosialisasi, penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat
konsumen, bila tidak puas consumen akan mencari produk atau jasa yang dapat
memuaskan kebutuhan tersebut.
2.
Keinginan
Bentuk kebutuhan
manusia yang dihasilkan oleh budaza dan kepribadian individual dinamakan
keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan memuaskan
kebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang
spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang, keinginannya juga semakin luas,
tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan
perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia
dengan menenbus keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan
sumber daya. Misalnya manusia butuh makan, tetapi keinginan untuk memuaskan
lapar tersebut terhgantung dari budayanya dan lingkungan tumbuhnya. Orang Yogya
akan memenuhi kebutuhan makannya dengan gudeg, orang Jepang akan memuaskan
keinginannya dengan makanan sukayaki.
3.
Permintaan
Dengan keinginan dan
kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya manusia menciptakan
permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat yang paling memuaskan. Sehingga
muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan menusia akan produk spesifik yang
didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.
ii.
Perubahan Nilai
Budaya juga perlu
mengalami perubahan nilai. Ada beberapa aspek dari perlunya perluasan perubahan
budaya yaitu:
a.
Budaya merupakan konsep
yang meliputi banyak hal atau luas. Hal tersebut termasuk segala sesuatu dari
pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika budaya tidak
menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis seperti lapar, hal
tersebut berpengaruh jika waktu dan cara dari dorongan ini akan memberi
kepuasan.
b.
Budaya adalah hal yang
diperoleh. Namun tidak memaksudkan mewarisi respon dan kecenderungan.
Bagaimanapun juga, bermula dari perilaku manusia tersebut.
c.
Kerumitan dari masyarakat
modern yang merupakan kebenaran budaya yang jarang memberikan ketentuan yang
terperinci atas perilaku yang tepat.
Kerumitan dari
masyarakat modern merupakan suatu keniscayaan dalam budaya modern yang jarang
memberikan ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat. Hal ini
menimbulkan variasi atas perilaku konsumen dalam hal:
1.
Variasi budaya
Nilai budaya memberikan dampak yang lebih pada perilaku
konsumen dimana dalam hal ini dimasukkan ke dalam kategori-kategori umum yaitu
berupa orientasi nilai-nilai lainnya yaitu merefleksi gambaran masyarakat dari
hubungan yang tepat antar individu dan kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini
mempunyai pengaruh yang utama dalam praktek pemasaran. Sebagai contoh, jika
masyarakat menilai aktifitas kolektif, konsumen akan melihat ke arah lain pada
pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan pada
seruan promosi untuk "menjadi seorang individual". Dan begitu juga
pada budaya yang individualistik. Sifat dasar dari nilai yang terkait ini
termasuk individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga,
maskulin/feminim, persaingan/kerjasama dan perbedaan/keseragaman.
2.
Individual/kolektif
Budaya individualis terdapat pada budaya Amerika,
Australia, Inggris, Kanada, New Zealand, dan Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea,
Hongkong, Meksiko, Jepang, India, dan Rusia lebih kolektifis dalam orientasi
mereka. Nilai ini adalah faktor kunci yang membedakan budaya, dan konsep diri
yang berpengaruh besar pada individu. Tidak mengherankan, konsumen dari budaya
yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi mereka pada produk asing,
iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu informasi. Seperti contoh,
konsumen dari Negara yang lebih kolektifis cenderung untuk menjadi lebih suka
meniru dan kurang inovatif dalam pembelian mereka dibandingkan dengan budaya
individualistik. Dalam tema yang diangkat seperti ” be your self” dan “stand
out”, mungkin lebih efektif di negara amerika tapi secara umum tidak di negara
Jepang, Korea, atau Cina.
3.
Usia muda/tua
Dalam hal ini apakah dalam budaya pada suatu keluarga,
anak-anak sebagai kaum muda lebih berperan dibandingkan dengan orang dewasa
dalam pembelian. Dengan kata lain adalah melihat faktor budaya yang lebih
bijaksana dalam melihat sisi dari peran usia. Seperti contoh di Negara
kepulauan Fiji, para orang tua memilih untuk menyenangkan anak mereka dengan
membeli suatu barang. Hal ini berbeda dengan para orang tua di Amerika yang
memberikan tuntutan yang positif bagi anak mereka. Disamping itu, walaupun Cina
memiliki kebijakan yang mengharuskan untuk membatasi keluarga memiliki lebih
dari satu anak, tetapi bagi budaya mereka anak merupakan “kaisar kecil” bagi
mereka. Jadi, apapun yang mereka inginkan akan segera dipenuhi. Dengan kata
lain, penting untuk diingat bahwa segmen tradisional dan nilai masih
berpengaruh dan pera pemasar harus menyesuaikan bukan hanya pada lintas budaya
melainkan juga pada budaya didalamnya.
4.
Luas/batasan keluarga
Yang dimaksud disini adalah bagaimana keluarga dalam suatu
budaya membuat suatu keputusan penting bagi anggota keluarganya. Dengan kata
lain apakah peran orang dewasa (orang tua) memiliki kebijakan yang lebih dalam
memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya. Atau malah sebaliknya anak-anak
memberi keputusan sendiri apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri. Dan bisa
dikatakan juga bahwa pengaruh pembelian oleh orang tua akan berpengaruh untuk
seterusnya pada anak. Seperti contoh pada beberapa budaya yaitu seperti di
Meksiko, sama halnya dengan Amerika, peran orang dewasa sangat berpengaruh.
Para orang tua lebih memiliki kecenderungan dalam mengambil keputusan dalam
membeli. Begitu juga para orang dewasa muda di Thailand yang hidup sendiri
diluar dari orang tua atau keluarga mereka. Tetapi ketergantungan dalam membeli
masih dipengaruhi oleh orang tua maupun keluarga mereka. Yang lain halnya di
India, sesuatu hal yang akan dibeli diputuskan bersama-sama dalam satu keluarga
yaitu seperti diskusi keluarga diantara mereka.
iii.
Pengaruh Budaya
Perilaku konsumen
menurut Ebert dan Griffin adalah upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang
suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi. Konsumen mengambil banyak macam
keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan
membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang
dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka
membeli, serta mengapa mereka membeli.
Faktor budaya memberikan
pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Pengiklan harus
mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, sub budaya dan kelas social
pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku
seseorang. Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan
perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan
lembaga penting lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari subbudaya-subbudaya yang
lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik
untuk para anggotanya. Subbudaya dapat dibedakan menjadi empat jenis:
a.
kelompok nasionalisme,
b.
kelompok keagamaan,
c.
kelompok ras, dan
d.
area geografis.
Banyak subbudaya membentuk
segmen pasar penting dan pemasar seringkali merancang produk dan program
pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Pengaruh budaya dalam
pembelian dan konsumsi antara lain:
1.
Pengaruh budaya yang berupa
tradisi
Tradisi atau disebut
juga dengan kebiasaan adalah suatu sikap atau perilaku yang telah berlangsung
lama sehingga menjadi suatu kebiasaan. Contohnya adalah: setiap lebaran umat
muslim membuat ketupat sehingga komoditas pembuatan ketupat naik harganya,
begitu juga saat mendekati idul adha, harga daging menjadi naik karena
permintaan atasnya meningkat.
2.
Pengaruh budaya dapat memuaskan
kebutuhan
Budaya yang ada di
masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu produk yang
memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan
metode “coba dan buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan
sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang memberikan peraturan dan standar
mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang harus dimakan tiap waktu
seseorang pada waktu makan. Begitu juga hal yang sama yang akan dilakukan
konsumen misalnya sewaktu mengkonsumsi makanan olahan dan suatu obat.
3.
Pengaruh budaya dapat dipelajari
Budaya dapat dipelajari
sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan seseorang mulai mendapat
nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan yang kemudian membentuk
budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat dipelajari. Seperti yang
diketahui secara umum yaitu misalnya ketika orang dewasa dan rekannya yang
lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih muda mengenai cara
berperilaku. Ada juga misalnya seorang anak belajar dengan meniru perilaku
keluarganya, teman atau pahlawan di televisi. Begitu juga dalam dunia industri,
perusahaan periklanan cenderung memilih cara pembelajaran secara informal
dengan memberikan model untuk ditiru masyarakat. Misalnya dengan adanya
pengulangan iklan akan dapat membuat nilai suatu produk dan pembentukan
kepercayaan dalam diri masyarakat. Seperti biasanya iklan sebuah produk akan
berupaya mengulang kembali akan iklan suatu produk yang dapat menjadi
keuntungan dan kelebihan dari produk itu sendiri. Iklan itu tidak hanya mampu
mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai keuntungan dari suatu produk,
namun dapat juga mempengaruhi persepsi generasi mendatang mengenai keuntungan
yang akan didapat dari suatu kategori produk tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
http://setevy.wordpress.com/category/perilaku-konsumen-softskill/
http://kacibi.blogspot.com/2012/12/9-pengaruh-kebudayaan-terhadap.html
http://www.slideshare.net/BrajaMas/faktor-yang-mempengaruhi-tingkat-konsumsi
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4d3akuntansi/0810102034/BAB%20II.pdf
http://raditaanggraeni.blogspot.com/2010/12/faktor-yang-mempengaruhi-perilaku.html
http://chanwr93.blogspot.com/2012/10/pengaruh-kebudayaan-terhadap-pembelian_24.html
http://indrigustiantari.blogspot.com/2012/12/pengaruh-kebudayaan-terhadap-pembelian.html
No comments:
Post a Comment