Friday, November 8, 2013

Karakteristik konsumen indonesia pada perilaku konsumen


1.         Memiliki pola pikir jangka pendek
Pola pikir adalah hal dasar bagi seseorang dalam membuat keputusan. Keputusan yang diambil akan memberi pengaruh dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Pola pikir jangka pendek hanya memperhatikan manfaat dalam jangka waktu pendek saja. Oleh karena itu, produk-produk instan laku di pasar Indonesia. Selain itu masyarakat indonesia termasuk ke dalam masyarakat yang konsumtif itu dapat di lihat dari tingginya jumlah penduduk di bawah 30 tahun yang nota bene memiliki kebutuhan hidup lebih tinggi di samping pertumbuhan ekonomi yang semakin baik dengan tingkat PDB negara indonesia per quartal 4 2012 yang mencapai 6,23% yang selalu naik setiap tahunnya dari tahun sebelumnya di quartal 4 yang mencapai 6,11 %.

2.         Tidak  memiliki perencanaan
Konsumen Indonesia tidak memiliki perencanaan dalam hidup mereka termasuk dalam membuat perencanaan dalam berbelanja. Perencanaan dalam berbelanja dapat diwujudkan dalam bentuk daftar belanjaan. Daftar belanjaan ini mengurangi pembelian yang tidak direncanakan. Oleh karena itu, konsumen Indonesia rata-rata  sering melakukan pembelian barang-barang yang tidak direncanakan sebelumnya. Selain itu masih banyak masyarakat indonesia yang belum memiliki rekening bank dengan baik sehingga seluruh pembayaran masih sering menggunakan cara yang konvesional yaitu cash funding. Padahal dewasa ini banyak bank yang meluncurkan acces credit bank yang menawaarkan kemudahan serta keuntungan yang dapat dimiliki.
3.         Cenderung berkelompok dan suka berkumpul
Konsumen Indonesia memiki kecenderungan suka berkelompok dan berkumpul.  Saat berkumpul dan berkelompok akan timbul pembicaraan. Dalam pembicaraan tersebut akan menimbulkan efek words of mouth. Efek words of mouth akan menimbulkan kemungkinan ada konsumen baru dari konsumen yang terpuaskan. Dari konsumen yang terpuaskan akan menimbulkan repeat orders. namun dari karakteristik masyarakat indonesia ini banyak keuntungan yang didapat oleh para pengusaha khususnya para pengusaha di bidang entertaint karena saat ini gaya hidup atau life style sering kali membuat masyarakat indonesia yang gemar berkumpul ini menghabiskan banyak waktunya di tempat hiburan seperti mall, bioskop,karaoke,dll  yang membuat tingkat perekonomian indonesia menjadi tumbuh dengan baik dengan adanya karakteristik khusus yang di miliki masyarakat indonesia ini.
4.         Tidak adaptif dengan teknologi baru
Survey yang dilakukan oleh Frontier pada tahun 2010 ini menyatakan bahwa konsumen Indonesia tidak adaptif terhadap teknologi. Fasilitas M-Banking dan Internet belum digunakan secara maksimal. Fasilitas M-Banking dan Internet yang sudah ada di dalam ponsel yang digunakan oleh konsumen Indonesia namun belum digunakan secara maksimal.
Namun saat ini seiring dengan meningkatnya perekonomian nasional, dengan jumlah pengguna gadget khususnya (laptop,TAB, dan smartphone) yang semakin meningkat setiap tahunnya   kini masyarakat indonesia sudah mulai melirik teknologi berbasis internet dalam pembayaran, seperti M-banking dsb, namun memang masih memerlukan waktu agar kemudahan pembayaran atau hal apapun yang berbasis teknologi tersebut tentunya bisa di terima dan familiar oleh seluruh masyarakat indonesia khususnya masyarakat kalangan menengah ke bawah.

5.         Fokus pada konten bukan pada konteks
Konten atau bahara (bahasa Inggris: content) adalah informasi yang tersedia melalui media atau produk elektronik. Penyampaian konten dapat dilakukan melalui berbagai medium seperti internet, televisi, CD audio, bahkan acara langsung seperti konferensi dan pertunjukan panggung. konteks adalah ling bagian suatu uraian atau kalimat yg dapat mendukung atau menambah kejelasan makna; situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian misalnya orang itu harus dilihat sebagai manusia yang utuh di kehidupan pribadi dan masyarakatnya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan perilaku konsumen cenderung fokus pada konten bukan pada konteks. Informasi yang tersedia melalui media atau produk tentunya tidak dapat memberikan informasi yang lebih jelas. Misalnya: informasi yang masih simpang siur sehingga sering kali memberikan informasi tergantung pada perkembangannya.

6.         Menyukai barang – barang produksi luar negeri
Bermula dari pembahasan karakter diatas, peran terhadap informasi secara konteks sangatlah penting karena konsumen indonesia masih menggunakan komunikasi secara langsung, yang dari mulut ke mulut. Sehingga terjadilah sebagian konsumen indonesia menyukai produk luar negeri daripada produk dalam negeri. Masih ada konsumen indonesia percaya produk luar negeri berkualitas walaupun harga mahal, ini menunjukkan sikap gengsi memakai produk dalam negeri.
Faktor penyebab produk dalam negeri kurang diminati:
a.       Kurangnya mutu produk dalam negeri dibandingkan dengan produk impor.
b.      Kurangnya kesadaran dan kebanggaan untuk menggunakan produk dalam negeri.
c.       Kurangnya perhatian pemerintah pada produk dalam negeri.
Contohnya: pada tahun 2008 diadakan acara buka puasa bersama di istana negara. Sangat disayangkan sekali hampir semua menteri yang menghadiri acara tersebut memakai sepatu produksi luar negeri. Ironis memang, di tengah kampanye “cinta produk Indonesia” justru pejabat negara memberikan contoh yang tidak baik.



7.         Semakin memperhatikan masalah keagamaan
Indonesia adalah negara beragama. Konsumen indonesia lebih sensitif dengan yang berbau keagamaan. Maka konsumen indonesia cenderung memperhatikan produk dan jasa yang berhubungan agama. Misalkan: Produk yang memiliki label “Halal”, bagi konsumen indonesia yang beragama islam sangatlah penting dengan berlabel “Halal”. Dan dari jasa, seperti bank syariah akan diminati banyak konsumen indonesia sehingga bank syariah semakin maju.

8.         Suka pamer dan gengsi
Karakter konsumen Indonesia memiliki sifat suka pamer dan gengsi, ini merupakan konsumen ingin menaikkan derajatnya atau status dengan sifat yang memamerkan produknya terhadap masyarakat kalangan bawah. Konsumen memiliki perasaan gengsi untuk membeli  barang mewah atau produk luar negeri, seperti membeli mobil yang memberi kesan mewah dan membeli produk-produk branded. Konsumen Indonesia yang senang mendapat pujian dari lingkungan sekitarnya untuk masyarakat bawah.

9.         Tidak banyak dipengaruhi kebudayaan lokal
Kekuatan produk-produk nasional yang semakin mengkikis, kekuatan produk-produk lokal juga menjadi penyebab konsumen Indonesia akan cenderung sama untuk semua daerah dan suku. Globalisasi lah turut membuat konsumen Indonesia memiliki karakteristik tidak banyak dipengaruhi lagi oleh budaya lokal. Dikalangan anak muda cenderung tidak banyak dipengaruhi oleh adat-istiadat atau kebiasaan daerah, mereka dalam memilih dan mengkonsumsi suatu produk dan layanan.

10.     Kurang memperdulikan lingkungan

Konsumen Indonesia kurang memperdulikan lingkungan terus berkembang. Ini mencerminkan kebiasaan kurang peduli lingkungan karena konsumen Indonesia selalu memposisikan masalah lingkungan pada urutan terbawah. Berbeda dengan luar negeri yang memposisikan masalah lingkungan di posisi paling teratas karena akibat yang ditimbulkan sangat beragam. 

No comments:

Post a Comment