1.
Memiliki pola pikir jangka pendek
Pola pikir adalah hal dasar bagi seseorang dalam membuat keputusan.
Keputusan yang diambil akan memberi pengaruh dalam jangka panjang maupun jangka
pendek. Pola pikir jangka pendek hanya memperhatikan manfaat dalam jangka waktu
pendek saja. Oleh karena itu, produk-produk instan laku di pasar Indonesia.
Selain itu masyarakat indonesia termasuk ke dalam masyarakat yang konsumtif itu
dapat di lihat dari tingginya jumlah penduduk di bawah 30 tahun yang nota bene
memiliki kebutuhan hidup lebih tinggi di samping pertumbuhan ekonomi yang
semakin baik dengan tingkat PDB negara indonesia per quartal 4 2012 yang
mencapai 6,23% yang selalu naik setiap tahunnya dari tahun sebelumnya di
quartal 4 yang mencapai 6,11 %.
2.
Tidak memiliki perencanaan
Konsumen Indonesia tidak
memiliki perencanaan dalam hidup mereka termasuk dalam membuat perencanaan
dalam berbelanja. Perencanaan dalam berbelanja dapat diwujudkan dalam bentuk daftar
belanjaan. Daftar belanjaan ini mengurangi pembelian yang tidak direncanakan.
Oleh karena itu, konsumen Indonesia rata-rata sering melakukan pembelian barang-barang yang
tidak direncanakan sebelumnya. Selain itu masih banyak masyarakat indonesia yang
belum memiliki rekening bank dengan baik sehingga seluruh pembayaran masih
sering menggunakan cara yang konvesional yaitu cash funding. Padahal dewasa ini
banyak bank yang meluncurkan acces credit bank yang menawaarkan kemudahan serta
keuntungan yang dapat dimiliki.
3.
Cenderung berkelompok dan suka
berkumpul
Konsumen Indonesia memiki kecenderungan suka
berkelompok dan berkumpul. Saat berkumpul dan berkelompok akan timbul
pembicaraan. Dalam pembicaraan tersebut akan menimbulkan efek words of
mouth. Efek words of mouth akan menimbulkan kemungkinan ada
konsumen baru dari konsumen yang terpuaskan. Dari konsumen yang terpuaskan akan
menimbulkan repeat orders. namun dari karakteristik masyarakat
indonesia ini banyak keuntungan yang didapat oleh para pengusaha khususnya para
pengusaha di bidang entertaint karena saat ini gaya hidup atau life style
sering kali membuat masyarakat indonesia yang gemar berkumpul ini menghabiskan
banyak waktunya di tempat hiburan seperti mall, bioskop,karaoke,dll yang membuat tingkat perekonomian indonesia
menjadi tumbuh dengan baik dengan adanya karakteristik khusus yang di miliki
masyarakat indonesia ini.
4.
Tidak adaptif dengan teknologi baru
Survey yang dilakukan oleh
Frontier pada tahun 2010 ini menyatakan bahwa konsumen Indonesia tidak adaptif
terhadap teknologi. Fasilitas M-Banking dan Internet belum digunakan secara
maksimal. Fasilitas M-Banking dan Internet yang sudah ada di dalam ponsel yang
digunakan oleh konsumen Indonesia namun belum digunakan secara maksimal.
Namun saat ini seiring dengan meningkatnya
perekonomian nasional, dengan jumlah pengguna gadget khususnya (laptop,TAB, dan
smartphone) yang semakin meningkat setiap tahunnya kini masyarakat indonesia sudah mulai
melirik teknologi berbasis internet dalam pembayaran, seperti M-banking dsb,
namun memang masih memerlukan waktu agar kemudahan pembayaran atau hal apapun
yang berbasis teknologi tersebut tentunya bisa di terima dan familiar oleh
seluruh masyarakat indonesia khususnya masyarakat kalangan menengah ke bawah.
5.
Fokus pada konten bukan pada konteks
Konten
atau bahara (bahasa Inggris: content) adalah informasi yang tersedia melalui
media atau produk elektronik. Penyampaian konten dapat dilakukan melalui
berbagai medium seperti internet,
televisi, CD audio, bahkan acara langsung seperti konferensi dan pertunjukan
panggung. konteks adalah ling bagian suatu uraian
atau kalimat yg dapat mendukung atau menambah kejelasan makna; situasi yang ada
hubungannya dengan suatu kejadian misalnya orang itu harus
dilihat sebagai manusia yang utuh di kehidupan pribadi dan
masyarakatnya.
Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan perilaku konsumen cenderung fokus pada
konten bukan pada konteks. Informasi yang tersedia melalui media atau produk tentunya
tidak dapat memberikan informasi yang lebih jelas. Misalnya: informasi yang
masih simpang siur sehingga sering kali memberikan informasi tergantung pada
perkembangannya.
6.
Menyukai barang – barang produksi luar negeri
Bermula
dari pembahasan karakter diatas, peran terhadap informasi secara konteks
sangatlah penting karena konsumen indonesia masih menggunakan komunikasi secara
langsung, yang dari mulut ke mulut. Sehingga terjadilah sebagian konsumen
indonesia menyukai produk luar negeri daripada produk dalam negeri. Masih ada
konsumen indonesia percaya produk luar negeri berkualitas walaupun harga mahal,
ini menunjukkan sikap gengsi memakai produk dalam negeri.
Faktor penyebab produk dalam
negeri kurang diminati:
a. Kurangnya mutu produk dalam negeri dibandingkan dengan
produk impor.
b. Kurangnya kesadaran dan kebanggaan untuk menggunakan
produk dalam negeri.
c. Kurangnya perhatian pemerintah pada produk dalam
negeri.
Contohnya: pada
tahun 2008 diadakan acara buka puasa bersama di istana negara. Sangat
disayangkan sekali hampir semua menteri yang menghadiri acara tersebut memakai
sepatu produksi luar negeri. Ironis memang, di tengah kampanye “cinta produk
Indonesia” justru pejabat negara memberikan contoh yang tidak baik.
7.
Semakin memperhatikan masalah keagamaan
Indonesia
adalah negara beragama. Konsumen indonesia lebih sensitif
dengan yang berbau keagamaan. Maka konsumen indonesia
cenderung memperhatikan produk dan jasa yang berhubungan agama. Misalkan:
Produk yang memiliki label “Halal”, bagi konsumen indonesia yang beragama islam
sangatlah penting dengan berlabel “Halal”. Dan dari jasa, seperti bank syariah
akan diminati banyak konsumen indonesia sehingga bank syariah semakin maju.
8.
Suka pamer dan gengsi
Karakter
konsumen Indonesia memiliki sifat suka pamer dan gengsi, ini merupakan konsumen
ingin menaikkan derajatnya atau status dengan sifat yang memamerkan produknya
terhadap masyarakat kalangan bawah. Konsumen memiliki perasaan gengsi untuk
membeli barang mewah atau produk luar
negeri, seperti membeli mobil yang memberi kesan mewah dan membeli produk-produk
branded. Konsumen Indonesia yang senang mendapat pujian dari lingkungan
sekitarnya untuk masyarakat bawah.
9.
Tidak banyak dipengaruhi kebudayaan lokal
Kekuatan
produk-produk nasional yang semakin mengkikis, kekuatan produk-produk lokal
juga menjadi penyebab konsumen Indonesia akan cenderung sama untuk semua daerah
dan suku. Globalisasi lah turut membuat konsumen Indonesia memiliki
karakteristik tidak banyak dipengaruhi lagi oleh budaya lokal. Dikalangan anak
muda cenderung tidak banyak dipengaruhi oleh adat-istiadat atau kebiasaan
daerah, mereka dalam memilih dan mengkonsumsi suatu produk dan layanan.
10.
Kurang memperdulikan lingkungan
Konsumen
Indonesia kurang memperdulikan lingkungan terus berkembang. Ini mencerminkan
kebiasaan kurang peduli lingkungan karena konsumen Indonesia selalu
memposisikan masalah lingkungan pada urutan terbawah. Berbeda dengan luar
negeri yang memposisikan masalah lingkungan di posisi paling teratas karena
akibat yang ditimbulkan sangat beragam.
No comments:
Post a Comment