Friday, November 8, 2013

Hakikat Cinta dalam Hidup Manusia

Seorang filsuf Rusia, Salovjef, mengatakan dalam salah satu bukunya, "Jika seorang pria mencintai seorang wanita secara serius, dia akan membuang cinta atas dirinya. Dia mulai hidup untuk orang lain."

Cinta yang pertama kali dimiliki seorang manusia ialah cinta atas diri. Dia selalu menginginkan dirinya sendiri menjadi bahagia, sehat, dan mendapatkan semua yang baik-baik dalam hidup. Karena dia mencintai dirinya sendiri. Inilah yang disebut biasanya sebagai egoisme: dorongan mempriorotaskan diri terhadap yang lain. Yang paling penting di dunia ini ialah dirimu sendiri. Karena: itu dirimu sendiri. Dirimu tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa atas dirimu. Kamu ingin dirimu selamat, stabil, dan indah. Kamu ingin dirimu disukai, dicintai, dikagumi, oleh orang lain, banyak orang. Kamu ingin dirimu sendiri menjadi langsing, cantik, pintar, kaya, dan tersohor, menjadi pusat perhatian dan dihormati oleh semua orang. Semua ini karena: kau sedemikian mencintai dirimu sendiri.

Ada sebuah anekdot mengenai tahap perkembangan "jodoh" dari seorang wanita. Di bawah 20 tahun, seorang wanita akan berkata, "siapa aku". Antara 20 - 30 tahun, dia akan bertutur, "siapa dia". Di atas 30 tahun dia akan berujar, "siapa saja". Walaupun kocak, tetapi secara tersirat anekdot ini menceritakan perkembangan 'pusat' dari perhatian dan cinta seseorang.

Namun, keadaan berubah ketika seseorang mencintai seorang lainnya. Dia akan mulai mencintai orang lain selain dirinya sendiri. Disini harus dibedakan antara cinta asmara (cinta romantis/romantic love)  dan cinta kasih sayang (cinta platonik/platonic love). Cinta kasih sayang berkembang terlebih dahulu, ketika seorang anak merasakan adanya keterikatan dirinya dengan sesuatu atau seseorang. Misalnya, dia merasakan keterikatan dengan keluarga, teman, lingkungan tempat tinggal, suku, negara, agama, dan lain sebagainya. Keterikatan emosional inilah yang menyebabkan adanya perasaan cinta. Perasaan ini mengalihkan perhatian cinta akan ego, menjadi cinta akan sesuatu di luar ego.

Sementara itu, cinta romantik bersifat khusus, unik, dan spesial. Dia hanya akan tercurah pada satu individu saja. Besaran energi dari cinta ini sedemikian besar, dan pergeseran perhatian dan emosi yang ditimbulkannya akan menggeser ego, bahkan melengserkan ego itu di bawah kepentingan sosok yang dicintai. Dia akan mengubah prioritas. Dia akan dengan mudah tak terlalu lagi memikirkan dirinya sendiri, tapi lebih memikirkan seseorang yang dicintainya. Dia akan mengejar sesuatu dan mencoba mendapatkan sesuatu demi dia. Semangat pengorbanan ini akan kontan timbul. Dia menjadi tidak egoistis. Dia sekonyong-konyong terserap ke dalam pusaran cinta secara mendalam. Dia tak dapat lagi memiliki kendali atas dirinya, semuanya adalah tentang kekasihnya.

Seorang kekasih tidak sedang kehilangan diri, atau kepribadiannya, dalam aliran energi cinta. Bahkan sebaliknya, dirinya akan terbebas dan menjadi kaya akan kenikmtan batin dan sanubari. Cinta seperti ini ialah pintu untuk mengenal diri lebih dalam. Dalam seseorang mencintai dan mencoba mengenal lebih jauh kekasihnya, pada saat yang sama sebenarnya seseorang itu menunjukkan lekuk-lekuk dan ceruk-ceruk terdalam dari emosi dan jati dirinya, sehingga dia juga akan mengenal lebih dalam mengenai bagaimana sebenarnya dirinya sendiri itu. Seorang pecinta ialah budak dari kekasihnya. Dia melihat kekasihnya sebagai seseorang yang amat berharga, layak untuk mendapatkan keseluruhan raga, jiwa, cita, dan keseluruhannya. Dengan memberikan sepenuhnya bulat-bulat dirinya, dia mendapatkan kenikmatan rohani tak terhingga. Sebuah kenikmatan memberi, berkorban, mencintai.

"Dalam sanubarinya terdalam, seorang pecinta merasakan dirinya menjadi satu secara tak bersyarat, dengan objek cintanya. Rasa kebersatuan ini bersifat kebersamaan, yang amat mendasar, dan menyangkut keseluruhan keberadaan dari seseorang," tulis Yose Ortage Y Gasset.

Jika cinta tidak bertepuk sebelah tangan, dalam arti dua orang sama-sama mencintai sama dalamnya, mereka akan terdorong untuk menjadi satu, bersatu. Benar bahwa seorang kekasih akan merasa selalu cintanya lebih besar dari cinta kekasihnya. Namun, kekasihnya juga merasa demikian. Setiap pecinta akan merasa cintanya lebih besar dari kekasihnya. Jika ikatan dari hubungan ini menjadi sedemikian intens, apapun yang dirasakkan dan dipikirkan dari seorang kekasih akan juga dialami oleh pasangannya. Mereka seakan menjadi satu. Satu tubuh, satu pikiran, satu perasaan, satu kesatuan.

Dari sinilah muncul cemburu. Dia menjadi cemburu ketika kekasihnya tak lagi bersamanya, tak lagi menjadi satu dengannya. Ini seperti membelah tubuh menjadi dua. Kecemburuan adalah rasa sakit dari pengalaman keterbelahan cinta ini. Dia merasa dia memiliki hak untuk memilikinya, dan hanya dialah seorang yang dapat memilikinya. Tak boleh orang lain.

Cinta ialah sesuatu yang murni dan suci. Jika seseorang mengobralnya ke semua orang, dia akan menghancurkan dan menodai hakikat cinta sejati. Dia akan merendahkan martabatnya sendiri. Tak lagi memiliki kehormatan, karena tiap orang dapat memiliki dirinya, menikmati dirinya. Tak ada lagi yang spesial. Sementara cinta ialah segala sesuatu tentang keunikan, kespesialan. Mengenai sesuatu yang amat sensitif, rapuh, pribadi, dan ikatan emosi dan jiwa yang dalam.

Energi yang paling besar yang dimiliki manusia ialah cinta. Segala kebaikan dan kejahatan berasal darinya. Kebaikan adalah ketika manusia mengabdi dan setia kepada cinta. Umat manusia dengan cinta platoniknya kepada Tuhan, masyarakat, keluarga, dan alam sekitarnya, akan membuat keteraturan, keharmonisan, kedamaian, keindahan, dan kemakmuran di muka bumi. Dengan cinta romantis yang disetiai, umat manusia akan membangun keluarga yang kuat, tenang, dan sejahtera. Namun, apabila cinta dikhianati, dinodai, atau dikotori dengan perselingkuhan dan pengingkaran kepercayaan, maka yang sebaliknyalah yang akan dituai. Kejahatan akan muncul. Bibit-bibit benci, curiga, tidak percaya, was-was, teror, perselisihan, pertengkaran, konflik, pembunuhan, pemerkosaan, dan tindakan keji lainnya, akan merekah. Jika ikatan terdalam manusia dikhianati, maka akibat dari putusnya tali ikatan itu akan meledakkan jiwa amarah dan kebencian yang tiada tara. Inilah yang menjadi permasalahan terbesar umat manusia sepanjang sejarah. Saat cinta tak bisa dijaga, dan hubungan antar manusia menjadi retak.


No comments:

Post a Comment