Nama : Novi wulandari
Kelas : 3EA27
Npm : 1A213052
Tugas ke : 4
Dosen : Tomy Adi Sumarso,SE
A. PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Dalam pemasaran,
sasaran akhir yang akan dituju ialah pembelian yang dilakukan oleh konsumen.
Selain faktor yang berkaitan dengan produk seperti harga, distribusi, volume,
desain produk, dan kemasan, di sisi lain perlu juga untuk memahami secara
mendalam mengenai konsumen. Tidak selamanya produk yang kompetitif dalam hal
harga dan kualitas selalu laku dan laris terjual. Di lain segi, tidak selamanya
juga produk yang kurang berkualitas dan tidak murah, selalu sepi pembeli.
Terdapat faktor penentu dari anomali/keanehan ekonomi ini, dimana semua pelaku
– penjual dan pembeli – selalu dianggap bertindak rasional. Karena yang menjadi
pembeli atau konsumen dalam suatu transaksi ekonomi adalah manusia, dan
rasionalitas hanyalah satu potong saja dari berlapis-lapis satuan yang menyusun
sifat manusia, maka terdapat celah yang dapat dimanfaatkan pemasar dalam
menjual produknya dalam keadaan dimana manusia menunjukkan respon sikap lain
selain rasionalitas ekonomis.
Pemahaman
mengenai kepribadian yang dimiliki oleh setiap calon konsumen, dapat menentukan
segmentasi target pasar. Demikian juga dengan sistem nilai yang dianut dan
dijalankan oleh sekelompok masyarakat pada area geografis tertentu, yang dapat
mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu produk tertentu. Pada akhirnya, suatu
produk yang dikonsumsi dan digunakan akan menyatu dengan keseharian dan
kehidupan penggunanya, dan akan mengakibatkan suatu corak gaya hidup tertentu.
Hal yang unik adalah, seringkali justru efek dari pemakaian suatu produk yang
menimbulkan kesan atas gaya hidup tertentu inilah yang kerap kali dijadikan
alasan tambahan atau bahkan alasan utama, di luar harga dan kebutuhan riil,
bagi lakunya berbagai macam produk yang menjajakan kesan atas gaya hidup
tertentu.
Memahami
ketiga hal di atas akan memberikan gambaran yang lebih lengkap bagi pemasar
untuk memotret perilaku konsumen dalam mengonsumsi suatu produk tertentu.
II.
TUJUAN
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah:
a.
Mengetahui konsep dasar
kepribadian dalam kaitannya dalam memahami perilaku konsumen.
b.
Mengetahui konsep dasar nilai
dalam kaitannya dalam memahami perilaku konsumen.
c.
Mengetahui konsep dasar gaya hidup
dalam kaitannya dalam memahami perilaku konsumen.
B.
PEMBAHASAN
I.
KEPRIBADIAN
i.
Definisi
Seperangkat
karakteristik psikologis yang menentukan pola berpikir, merasakan dan
bertindak, yaitu individualitas pribadi dan sosial dari seseorang, disebut
kepribadian. Pembentukan kepribadian adalah proses bertahap, kompleks dan unik
untuk setiap individu. Kepribadian mencerminkan keseluruhan sikap, perasaan,
ekspresi, temparmen, ciri-ciri kas dan perilaku seseorang. Sikap perasaan
ekspresi dan tempramen itu akan terwujud dalam tindakan seseorang jika
dihadapkan pada situasi tertentu. Setiap orang mempunyai kecenderungan perilaku
yang baku, atau berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapai
situasi yang di hadapi, sehingga menjadi ciri khas pribadinya.
Berikut
adalah usaha beberapa ahli untuk mendefinisikan apa kepribadian itu:
a.
Cuber: Kepribadian adalah gabungan
keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.
b.
Allport: Kepribadian adalah suatu
organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik indvidu yang menentukan tingkah
laku.
c.
Yinger: Kepribadian adalah
keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem, kecenderungan
tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian instruksi.
d.
Bouwer: Kepribadian adalah corak
tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini
dan sikap-sikap seseorang.
e.
Newcombe: Kepribadian adalah
organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap
perilaku.
ii.
Bagian Kepribadian
Freud,
seorang pendiri psikoanalisis, mengemukakan bahwa sifat-sifat kepribadian
manusia terdiri dari tiga kategori yang saling mempengaruhi, yaitu id,
superego, dan ego.
a.
Id
Berbagai
dorongan primitif dan impulsif berupa kebutuhan fisiologis dasar seperti rasa
haus, lapar, dan seks yang diusahakan individu untuk segera dipenuhi, terlepas
dari bagaimana cara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan itu, ditampung
dalam suatu gudang abstrak dalam diri manusia, yang disebut Id. Id mengusahakan
segera tersalurkannya kumpulan-kumpulan energi atau “ketegangan” yang terkumpul
dalam jasad oleh rangsangan-rangsangan, baik dari dalam maupun dari luar.
Merupakan suatu hasrat paling dasar, Id berfungsi untuk menunaikan prinsip
kehidupan yang asli atau yang pertama yakni prinsip kesenangan (pleasure
principle). Id bertujuan mengurangi “ketegangan” yang ada dalam diri
manusia. Ketegangan itu dirasakan sebagai suatu penderitaan, karena tehalangnya
keinginan naluriah dengan pencapaiannya keinginan itu. Tujuan dari prinsip
kesenangan ini terdiri dari usaha mencegah dan menemukan kesenangan yang timbul
atas pelemasan ketegangan tersebut.
b.
Superego
Bilamana
Id selalu mencoba memenuhi kebutuhan naluriah dengan tanpa mengindahkan cara
yang dilakukan, superego adalah bagian diri yang berkompromi terhadap “cara”
pencapaian tujuan itu. Superego ialah bagian diri individu yang menjadi
perwujudan dari moral dan kode etik yang berlaku di dalam masayarakat, yang
telah menyatu dengan diri seseorang. Peran superego adalah menjaga agar
individu tersebut memuaskan kebutuhan dirinya dengan cara yang dapat diterima
masyarakat. Superego adalah suatu cabang moril atau cabang keadilan dari
kepribadian. Superego lebih mewakili alam ideal daripada alam nyata. Superego
terbagi lagi menjadi dua bagian yakni “ego ideal” dan “hati nurani”.
c.
Ego
Ego
merupakan pengendalian individu secara sadar. Fungsinya sebagai pemantau dalam
diri manusia yang berusaha menyeimbangkan tuntutan Id yang impulsif dengan
kendala sosial budaya atas Superego. Ego adalah hubungan timbal balik antara
seseorang dengan dunia memerlukan pembentukan suatu sistem rohaniah. Berlainan
dengan Id yang dikuasai oleh prinsip kesenangan, Ego dikuasai oleh prinsip
kenyataan (reality principle). Bertujuan untuk menangguhkan (menunda)
peredaan energi sampai benda nyata atau tujuan tertentu yang lain yang akan
memuaskan diri, telah diketemukan atau dihasilkan. Penangguhan suatu tindakan
berarti bahwa ego harus dapat menahan ketegangan sampai ketegangan itu dapat
diredakan dengan suatu bentuk kelakuan yang wajar.
iii.
Ciri Kepribadian
Kepribadian
memiliki pengertian yang luas, kepribadian bukan hanya mencakup sifat-sifat yang
positif, sifat-sifat yang menarik ataupun segala sesuatu yang tampak secara
lahiriah, tetapi juga meliputi dinamika individu tersebut. Kepribadian adalah
organisasi yang dinamis dari sistem psikofisis individu yang menentukan
penyesuaian dirinya terhadap lingkungannya secara unik. Dalam batasan
kepribadian ini, terdapat empat ciri dari kepribadian:
a.
Dinamis
Kepribadian
selalu berubah. Perubahan ini digerakkan oleh tenaga-tenaga dari dalam diri
individu yang bersangkutan setelah interaksinya dengan dunia luar. Namun,
perubahan tersebut tetap berada dalam batas-batas bentuk pola tertentu.
b.
Organisasi sistem
Sebagai
sebuah sistem, kepribadian merupakan suatu keseluruhan yang bulat dan holistik,
mencakup satuan-satuan sifat dan temperamen yang membentuk kesatuan diri
tertentu.
c.
Psikofifis
Psikofisis,
ini berarti bahwa kepribadian tidak hanya dipengaruhi oleh faktor fisik dan
juga tidak hanya dipengaruhi oleh faktor psikis, tetapi merupakan gabungan dari
kedua unsur tersebut.
d.
Unik
Meskipun
dapat dipetakan dalam kluster/kumpulan tipe atas bauran sifat umum tertentu,
pada dasarnya kepribadian antara individu yang satu dengan yang lain tidak ada
yang persis sama, dan khas dimiliki oleh suatu individu.
Kepribadian
memiliki banyak segi dan salah satunya adalah self atau diri pribadi atau citra
pribadi. Mungkin saja konsep diri aktual individu tersebut (bagaimana dia
memandang dirinya) berbeda dengan konsep diri idealnya (bagaimana ia ingin
memandang dirinya), dan konsep diri orang lain (bagaimana dia mengganggap orang
lain memandang dirinya).
Tiga
karakteristik yang perlu dibahas dalam pembahasan mengenai kepribadian adalah
kepribadian mencerminkan perbedaan antarindividu, kepribadian bersifat
konsisten dan berkelanjutan, dan kepribadian dapat mengalami perubahan.
Faktor penentu
kepribadian secara kasar dapat dibedakan menjadi faktor bawaan dan lingkungan.
Faktor bawaan adalah kondisi lahiriah yang didapat secara genetik, mikalnya
tinggi badan, bentuk wajah, temperamen, dan lain lain. Sedangkan faktor
lingkungan adalah faktor-faktor lain di luar itu, misalnya budaya yang
membentuk norma, sikap dan nilai yang diwariskan dari generasi yang satu dengan
generasi selanjutnya.
II.
NILAI
i.
Definisi
Nilai
adalah ide umum tentang tujuan yang baik dan yang buruk. Dari alur norma atau
aturan yang menjelaskan tentang yang benar atau yang salah, yang bisa diterima
dan yang tidak. Beberapa norma dikatakan sebagai enacted norms, di mana
maksud dari norma tersebut terlihat secara eksplisit, benar dan salah. Namun,
banyak norma lain yang lebih halus, ini adalah crescive norm yang telah
tertanam dalam budaya dan hanya bisa terlihat melalui interaksi antaranggota
dalam budaya.
Nilai-nilai
budaya yang berlaku berbeda di setiap wilayah. Nilai yang berlaku di suatu
negara belum tentu berlaku di negara lain atau bahkan bisa bertolak-belakang
sama sekali dengan nilai yang berlaku di negara lainnya.
Schwartz
mengemukakan teori bahwa nilai berasal dari tuntutan manusia yang universal
sifatnya yang direfleksikan dalam kebutuhan organisme, motif sosial (interaksi),
dan tuntutan institusi sosial. Ketiga hal tersebut membawa implikasi terhadap
nilai sebagai sesuatu yang diinginkan. Schwartz menambahkan bahwa sesuatu yang
diinginkan itu dapat timbul dari minat kolektif (tipe nilai benevolence,
tradition, conformity) atau berdasarkan prioritas pribadi/individual (power,
achievement, hedonism, stimulation, self-direction), atau kedua-duanya (universalism,
security). Nilai individu biasanya mengacu pada kelompok sosial tertentu
atau disosialisasikan oleh suatu kelompok dominan yang memiliki nilai tertentu
(misalnya pengasuhan orang tua, agama, kelompok tempat kerja) atau melalui
pengalaman pribadi yang unik.
Untuk
memahami pengertian nilai secara lebih dalam, berikut ini akan disajikan
sejumlah definisi nilai dari beberapa ahli.
a.
Rokeach: “Value is an enduring
belief that a specific mode of conduct or end-state of existence is personally
or socially preferable to an opposite or converse mode of conduct or end-state
of existence.”
b.
Feather: “Value is a general
beliefs about desirable or undesireable ways of behaving and about desirable or
undesireable goals or end-states.”
c.
Schwartz: “Value as desireable
transsituatioanal goal, varying in importance, that serve as guiding principles
in the life of a person or other social entity.”
Nilai
sebagai sesuatu yang lebih diinginkan harus dibedakan dengan yang hanya
‘diinginkan’, di mana ‘lebih diinginkan’ mempengaruhi seleksi berbagai modus
tingkah laku yang mungkin dilakukan individu atau mempengaruhi pemilihan tujuan
akhir tingkah laku. ‘Lebih diinginkan’ ini memiliki pengaruh lebih besar dalam
mengarahkan tingkah laku, dan dengan demikian maka nilai menjadi tersusun
berdasarkan derajat kepentingannya.
Sebagaimana
terbentuknya, nilai juga mempunyai karakteristik tertentu untuk berubah. Karena
nilai diperoleh dengan cara terpisah, yaitu dihasilkan oleh pengalaman budaya,
masyarakat dan pribadi yang tertuang dalam struktur psikologis individu, maka
nilai menjadi tahan lama dan stabil. Jadi nilai memiliki kecenderungan untuk
menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. Salah satunya
adalah bila terjadi perubahan sistem nilai budaya di mana individu tersebut
menetap.
ii.
Ciri Nilai
Sifat-sifat
nilai menurut Bambang Daroeso adalah sebagai berikut:
a.
Nilai itu suatu realitas abstrak
dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat
diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya,
orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai,tetapi kita tidak bisa
mengindra kejujuran itu. Yang dapat kita indra adalah kejujuran itu.
b.
Nilai memiliki sifat normatif,
artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai
nemiliki sifat ideal (das sollen). Nilai diwujudkan dalam bentuk norma
sebagai landasan manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai keadilan. Semua orang
berharap dan mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan.
c.
Nilai berfungsi sebagai daya
dorong/motivator dan manusia adalah pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar
dan didorong oleh nilai yang diyakininya. Misalnya, nilai ketakwaan. Adanya
nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat
ketakwaan.
iii.
Macam Nilai
Dalam
filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu
a.
Nilai logika adalah nilai benar
salah.
b.
Nilai estetika adalah nilai indah
tidak indah.
c.
Nilai etika/moral adalah nilai
baik buruk.
Berdasarkan
klasifikasi di atas, kita dapat memberikan contoh dalam kehidupan. Jika seorang
siswa dapat menjawab suatu pertanyaan, ia benar secara logika. Apabila ia keliru
dalam menjawab, kita katakan salah. Kita tidak bisa mengatakan siswa itu buruk
karena jawabanya salah. Buruk adalah nilai moral sehingga bukan pada tempatnya
kita mengatakan demikian. Kita dapat mengatakan seorang murid buruk sikapnya
apabila dia, misalnya, mencontek ketika ujian. Contoh nilai estetika adalah
apabila kita melihat suatu pemandangan, menonton sebuah pentas pertunjukan,
atau merasakan makanan, nilai estetika bersifat subjektif pada diri yang
bersangkutan. Seseorang akan merasa senang dengan melihat sebuah lukisan yang
menurutnya sangat indah, tetapi orang lain mungkin tidak suka dengan lukisan
itu. Kita tidak bisa memaksakan bahwa suatu lukisan itu indah atau tidak.
Nilai
moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik
atau buruk dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak
semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan
manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan
kita sehari-hari.
Notonegoro
menyebutkan adanya 3 macam nilai. Ketiga nilai itu adalah sebagai berikut:
a.
Nilai material, yaitu segala
sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi
manusia.
b.
Nilai vital, yaitu segala sesuatu
yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
c.
Nilai kerohanian, yaitu segala
sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian meliputi
ü Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia.
ü Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan (emotion)
manusia.
ü Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak
(karsa/will) manusia.
ü Nilai religius yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak
serta bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.
Sebagaimana
terbentuknya, nilai juga mempunyai karakteristik tertentu untuk berubah. Karena
nilai diperoleh dengan cara terpisah, yaitu dihasilkan oleh pengalaman budaya,
masyarakat dan pribadi yang tertuang dalam struktur psikologis individu
(Danandjaja, 1985), maka nilai menjadi tahan lama dan stabil. Jadi nilai
memiliki kecenderungan untuk menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh
hal-hal tertentu. Salah satunya adalah bila terjadi perubahan sistem nilai
budaya di mana individu tersebut menetap.
III. GAYA HIDUP
i.
Definisi
Gaya
hidup, menurut Kotler, merupakan sebuah penggambarkan “keseluruhan diri
seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Susanto gaya hidup
adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap
seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku.Oleh karena itu
banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang
misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain
sebagainya.
Gaya hidup
merupakan pola hidup yang menentukan bagaimana seseorang memilih untuk
menggunakan waktu, uang dan energi dan merefleksikan nilai-nilai, rasa, dan
kesukaan. Gaya hidup adalah bagaimana seseorang menjalankan apa yang menjadi
konsep dirinya yang ditentukan oleh karakteristik individu yang terbangun dan
terbentuk sejak lahir dan seiring dengan berlangsungnya interaksi sosial selama
mereka menjalani siklus kehidupan.
Gaya hidup
hanyalah salah satu cara mengelompokkan konsumen secara psikografis. Bahkan
sering kali istilah psikografi dan gaya hidup digunakan secara bergantian.
Beberapa variabel psikografi adalah sikap, nilai, aktivitas, minat, opini, dan
demografi.
Konsep
gaya hidup konsumen sedikit berbeda dari kepribadian. Gaya hidup terkait dengan
bagaimana seseorang hidup, bagaimana menggunakan uangnya dan bagaimana
mengalokasikan waktu mereka. Kepribadian menggambarkan konsumen lebih kepada
perspektif internal, yang memperlihatkan karakteristik pola berpikir, perasaan
dan persepsi mereka terhadap sesuatu.
ii.
Variabel Gaya Hidup
Pendekatan
gaya hidup cenderung mengklasifikasikan konsumen berdasarkan variabel-variabel Activity,
Interest, dan Opinion. Menurut Setiadi sikap tertentu yang dimiliki
konsumen terhadap suatu objek tertentu bisa mencerminkan gaya hidupnya. Gaya
hidup seseorang bisa juga dilihat dari apa yang disenangi, ataupun pendapatnya
mengenai objek tertentu. Ada tiga Faktor yang mempengaruhi gaya hidup konsumen:
a.
Kegiatan (activity) yaitu
bagaimana konsumen menghabiskan waktunya.
b.
Minat (interest) yaitu tingkat
keinginan atau perhatian atas pilihan yang dimiliki konsumen.
c.
Pendapat (opinion) atau pemikiran
yaitu jawaban sebagai respon dari stimulus dimana semacam pertanyaan yang
diajukan.
Gaya hidup
adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini
khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status
sosialnya. Gaya hidup merupakan frame of reference (kerangka acuan) yang
dipakai sesorang dalam bertingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola
perilaku tertentu. Terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain,
sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di
mata orang lain, berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk
merefleksikan image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu,
yang sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya.
Di Amerika
Serikat kelas sosial ini seperti yang diklasifikasikan oleh Coleman menjadi
tujuh kelas sosial masing-masing kelas Atas-Atas, Atas Bawah, Menengah Atas,
Menengah, Pekerja, Bawah Atas, Bawah-bawah.
Sementara
di Kota Jakarta, hasil penelitian Sosiologi UI yang tertuang dalam Rencana Umum
Pembangunan Sosial Budaya DKI Jakarta 1994-1995, dapat distratifikasikan dalam
lima strata, yaitu lapisan elit, lapisan menengah, lapisan peralihan, lapisan
bawah, dan lapisan terendah.
Dalam
perilaku konsumen secara samar orang membedakan pengertian kelas sosial dengan
pengertian status sosial. Jika kelas sosial mengacu kepada pendapatan atau daya
beli, status sosial lebih mengarah pada prinsip-prinsip konsumsi yang berkaitan
dengan gaya hidup.
Seseorang
dapat memproyeksikan status sosial tertentu berdasarkan simbol status yang
dimiliki. Tujuan pemakaian simbol-simbol status ini adalah memproyeksikan citra
diri seseorang agar dipersepsi sebagai bagian aari kelas sosial tertentu.
Karena
dalam status ini tersimpan unsur prestise, maka pemakaian simbol status menjadi
penting. Kepemilikan simbol status diharapkan menimbulkan respek orang lain
untuk mendukung citra yang ingin ditampilkan sesuai dengan status sosialnya.
Hal ini
terkait dengan konsep diri (self-concept). Konsumen menganggap
produk-produk tersebut dapat membantunya untuk mengekspresikan citra apa yang
ingin dipancarkan. Citra tersebut dapat merefleksikan citra diri aktual (actual
self) yang menggambarkan gambaran saya yang sebenarnya (the real me)
maupun citra diri ideal (the ideal self) yang menggambarkan sosok yang
diinginkan (the person I’d like to be). Produk ini dapat digunakan untuk
kedua citra tersebut: dapat digunakan untuk merefleksikan siapa diri kita, dan
juga dikesempatan lain dapat dimanfaatkan menjadi apa yang kita inginkan.
iii.
Pengukuran Perilaku
Individu
Pengukuran
ganda perilaku individu digunakan di dalam analisis perilaku konsumen. Kepribadian
mempunyai efek atas pembelian, namun demikian gaya hidup memiliki efek
yang lebih besar. Tentu saja sumber daya seperti pendapatan dan waktu juga
memberikan efek yang penting. Ancangan strategi terhadap gaya hidup adalah yang
paling praktis untuk mengembangkan strategi pemasaran. Tujuannya adalah untuk
memahami konsumen sebaik mungkin
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku individu terhadap pengambilan keputusan konsumen ada
dua, yaitu sikap orang lain, dan faktor situasi tak terduga.
Konsumen
mungkin membentuk kecenderungan pembelian berdasar pada pendapatan yang
diharapkan, harga, dan manfaat produk yang diharapkan. Terdapat lima tahap
proses pengambilan keputusan pembelian:
a.
Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian bermula dari pengenalan
kebutuhan (need recognition): pembelian mengenali permasalahan atau
kebutuhan yang dimilikinya. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan
aktual dan sejumlah keadaan yang diinginkan.
b.
Pencarian Informasi
Konsumen yang tergerak mungkin mencari dan
mungkin pula tidak mencari informasi tambahan. Jika dorongan konsumen kuat dan
produk yang memenuhi kebutuhan berada dalam jangkauannya, ia cenderung akan
membelinya.
c.
Pengevaluasian Alternatif
Cara konsumen memulai usaha mengevaluasi
alternatif pembelian tergantung pada konsumen individual dan situasi pembelian
tertentu. Dalam beberapa kasus, konsumen menggunakan kalkulasi yang cermat dan
pikiran yang logis
d.
Keputusan Pembeli
Tahap pengevaluasian, konsumen menyusun
peringkat merek dan membentuk kecenderuangan (niat) pembelian. Secara umum,
keputusan pembelian konsumen akan membeli merek yang paling disukai, tetapi ada
dua faktor yang muncul diantara kecenderungan pembelian dan keputusan
pembelian.
e.
Perilaku Setelah Pembelian
Pekerjaan pemasar tidak hanya berhenti pada
saat produk dibeli. Setelah membeli produk, konsumen akan merasa puas atau
tidak puas dan akan masuk ke perilaku setelah pembelian yang penting
diperhatikan oleh pemasar.
Salah satu
contoh segementasi psikografis dalam penentuan target pasar adalah VALS (Values
& Life Style––Nilai & Gaya Hidup). Dalam VALS, terdapat dua dimensi
yang menjadi titik beratnya, yaitu self-orientation (orientasi diri) dan
resources (sumber daya). Resources yang dimaksudkan bukanlah
semata-mata materi, tetapi dalam arti yang luas yang mencakup sarana dan
kapasitas psikologis, fisik, dan demografis. Dalam perilaku konsumsi yang
didorong oleh self-orientation terdapat tiga kategori yaitu principle
(prinsip), status dan action (kegiatan).
a.
Self-orientation yang bertumpu pada principle, berarti keputusan untuk membeli
berdasarkan karena keyakinannya. Sehingga keputusannya untuk membeli bukan
hanya karena ikut-ikutan atau sekedar untuk mengejar gengsi. Boleh dikatakan
tipe ini lebih rasional.
b.
Sedangkan yang bertumpu pada status,
keputusannya dalam mengkonsumsi didominasi oleh apa kata orang. Produk-produk branded
(bermerek) menjadi pilihannya.
c.
Bagi yang bertumpu kepada action,
keputusan dalam berkonsumsi didasari oleh keinginannya untuk beraktivitas
sosial maupun fisik, mendapatkan selingan atau menghadapi resiko. Spa mewah,
caf berkelas, dan pertunjukan yang mendatangkan artis internasional terkenal
merupakan contoh dari jenis keputusan membeli ini.
Fenomena
inilah yang banyak ditemui pada saat ini. Jika logika ekonomi (yang seharusnya
negara masih dalam krisis ekonomi) tidak dapat diterapkan, maka memahami
perilaku konsumen dari sisi gaya hidup lebih dapat menjelaskan.
Kedatangan
banyak artis luar negeri dalam konser-konser mereka di tengah krisis ekonomi
yang sepertinya akan melanda, adalah fenomena gaya hidup. Atau larisnya telepon
pintar (smartphone) dan laptop canggih oleh para mahasiswa, yang
sebenarnya belum sepenuhnya fungsional bila dipakai mahasiswa karena tujuan
akhir pemakainya adalah kaum eksekutif, adalah juga gejala pembelian
berdasarkan gaya hidup. Membidik gaya hidup merupakan jalan keluar bagi para
pemasar di tengah kelesuan ekonomi.
Inilah
salah satu aspek penting mengapa gaya hidup harus dipertimbangkan, disamping
data demografis yang seringkali menyesatkan dalam memahami perilaku konsumen.
Seorang karyawati mungkin rela merogoh kantongnya lebih dalam dan bersedia
menyisihkan gajinya untuk mencicil selama setahun demi sebuah tas Louis
Vuitton, Channel, Gucci, Prada dan sejenisnya. Sementara seorang pedagang
Glodok yang omsetnya puluhan juta per hari mungkin merasa sayang untuk
mengeluarkan uang sebesar itu untuk sebuah tas. Rokok kretek tak berfilter yang
paling mahal adalah Dji Sam Soe, tetapi pembelinya bukan hanya orang yang
secara demografis berpenghasilan tinggi, tetapi malah mereka yang berpenghasilan
rendah dengan membeli secara ketengan.
C.
PENUTUP
SIMPULAN
Dalam
kaitannya dengan perilaku konsumen, konsep id atau alam bawah sadar yang
bersifat priimitif dan haus akan pemuasan kebutuhan-kebutuhan dasar dapat
dipengaruhi dalam menjual suatu produk instan yang dapat segera memenuhi
kebutuhan tersebut. Selain itu, ego seseorang juga dapat dimanipulasi dengan
menawarkan produk yang dapat memancarkan gaya hidup tertentu untuk meningkatkan
pandangan akan konsep diri yang bersangkutan. Superego dapat dipuaskan dengan
menyisipkan produk tertentu yang dapat menunjang langgengnya suatu nilai yang
hidup dalam masyarakat.
Pendek
kata, semua segi dari kehidupan pribadi individu dapat dipengaruhi dan
dijadikan modal dalam kampanye pengiklanan penjualan suatu produk, baik dalam
alam bawah sadar interior individu, maupun lingkungan sosial ekternalnya yang
lebih luas. Diperlukan kecermatan dan ketaktisan seorang marketer dalam
melihat celah dan kesempatan dari sifat dan bawaan dari pemahaman yang mendalam
mengenai kepribadian, nilai, dan gaya hidup konsumen, untuk dapat memetik hasil
yang maksimal dalam upaya pencapaian penjualan produk.
DAFTAR
PUSTAKA
http://harenzone.blogspot.com/2010/11/perilaku-konsumen-pola-dari-kepribadian.html
http://bamaandrew.wordpress.com/2013/11/23/viii-kepribadian-nilai-dan-gaya-hidup/
http://rizkiamaliafebriani.wordpress.com/2013/01/06/kepribadian-nilai-dan-gaya-hidup/
http://unedopragus.blogspot.com/2013/10/tugas-7-softskill-kepribadian-nilai-dan.html
http://syairoh.blogspot.com/2013/12/sumber-daya-konsumen-dan-pengetahuan.html
No comments:
Post a Comment