Friday, October 11, 2013

Manusia sebagai Makhluk Sosial dan Budaya


Manusia adalah makhluk sosial. Sosial berarti berkelompok, sebagai lawan dari soliter atau bersendiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia tak ada yang hidup sendiri. Sejak zaman prasejarah manusia bekerja sama dengan sesamanya, atau bahkan dengan makhluk lain, untuk bertahan hidup. Mereka berkelompok untuk menangkap hewan buruan yang kekuatannya jauh melebihi manusia, seperti bison, banteng, kerbau, atau harimau. Pakaian, alat-alat rumah tangga, senjata, bahan bangunan, dan lain-lain yang diperlukan manusia untuk hidup, tak dapat dipenuhi atau sulit sekali dibuat oleh seorang manusia semata. Ketergantungan antarmanusia tercipta dan terjadilah tukar-menukar barang kebutuhan hidup atau barter. Suka atau tidak tiap manusia membutuhkan sesamanya untuk bertahan hidup, atau untuk bertahan hidup dengan jalan yang lebih mudah. Menjadi makhluk sosial menjadi tak terelakkan bagi manusia.
Secara ketubuhan atau anatomis, seorang calon ibu tak dapat melahirkan anaknya sendiri tanpa mengalami kesulitan atau cedera yang parah. Tidak seperti simpanse, kuda, atau kucing, yang oleh keadaan biologisnya tidak kesulitan dalam melahirkan anaknya sendirian. Untuk melanjutkan keturunan, manusia tidak dapat membelah diri seperti bakteri, atau memotong tubuh seperti cacing kremi. Manusia perlu sesamanya yang berlainan jenis kelamin untuk memiliki anak. Seseorang yang terisolasi dan tak mendapat kesempatan untuk berhubungan dengan sesamanya, seperti dalam pengurungan atau pengasingan, akan mengalami tekanan psikis dan mental yang pada akhirnya akan membuat mereka menjadi tidak waras. Kebutuhan untuk berinteraksi dengan makhluk lain yang sejenis membuat manusia menjadi sosial.
Keberadaan bahasa yang disimbolkan oleh bebunyian yang dihasilkan pita suara manusia menunjukkan dengan sendirinya kesosialan manusia. Sebagai sarana untuk menunjukkan ekspresi, emosi, perasaan, dan pikiran, serta alat untuk menyampaikan/mengkomunikasikan diri, bahasa yang dimiliki manusia dengan demikian membutuhkan setidaknya dua orang/pihak untuk berfungsi efektif: seorang komunikator yang mengirim pesan dan komunikan yang menangkapnya. Kemampuan berbahasa atau berkomunikasi yang khas dalam bahasa ini tidak dimiliki oleh makhluk lain. Meskipun burung bisa berkicau dan seolah menyampaikan ekspresinya, tapi itu bukanlah bahasa. Walaupun kicauan memiliki makna, makna itu hanya terbatas pada penyampaian simbol/sinyal akan keadaan tertentu yang berkaitan dengan kelangsungan hidup kelompoknya. Misalnya ketika ada ular, macan, kebakaran, burung berkicau untuk menandakan ada bahaya bagi kelompoknya. Kicauan juga bisa berarti rayuan terhadap pasangan, ancaman/gertakan terhadap lawan, atau menandakan ketakutan. Bebunyian dalam dunia hewan terbatas pada tingkat tertentu dan belum bisa menandingi kecanggihan bahasa manusia yang secara penuh dan kaya mengekspresikan diri dan berkomunikasi. Ayam dapat berkotek, anjing menyalak, kerbau melenguh, tapi makna komunikasinya tidak setara dengan tingkat kerumitan bahasa manusia. Meskipun kesemuanya itu dapat juga disebut “bahasa” dan merupakan tanda dari makhluk sosial yang suka berkumpul untuk mengatur dirinya.
Dengan tekanan untuk bertahan hidup yang akhirnya memunculkan inovasi bahasa untuk lebih efisien mengorganisasikan diri, manusia mengembangkan kelompok sosial. Kegiatan sosial manusia menjadi tidak terbatas untuk memenuhi kebutuhan primer/pokok untuk bertahan hidup saja, melainkan melahirkan kebutuhan lain, yaitu kebutuhan untuk bersosialisasi itu sendiri. Bahasa yang awalnya untuk mengatur kelompok agar mampu mendapat sumber daya bertahan hidup, menjadi alat perekat menjaga hubungan antarmanusia. Hubungan anatarmanusia itu lalu berubah menjadi suatu kebutuhan tersendiri. Manusia sekarang cenderung menjadi makhluk sosial justru untuk memenuhi kebutuhan menjaga hubungan dengan sesamanya ini. Dengan canggihnya bahasa, hubungan antarmanusia menjadi kompleks/rumit. Sekelompok manusia yang memiliki kegiatan yang serupa membentuk golongan-golongan tertentu. Inilah yang disebut dengan kelas sosial. Manusia yang berkelompok untuk memenuhi kebutuhan memperoleh daging hewan buruan disebut pemburu. Mereka yang pekerjaannya menghasilkan makanan dari tanam-menanam disebut petani. Mereka yang bekerja membuat perkakas disebut tukang. Masih banyak lagi contoh pengelompokan sosial berdasarkan pekerjaan. Selain itu, kelas sosial juga bisa terbentuk berdasarkan keturunan, jumlah kekayaan, suku, ras, dan lain-lain perbedaan. Masing-masing kelas sosial berhubungan dengan kelompoknya sendiri atau dengan kelompok lain dengan cara yang khas, sesuai dengan perkembangan hubungan, kekuasaan, kepentingan, dan nilai sosial.
Pembentukan kelas sosial itu terjadi pada seluruh manusia yang tinggal di berbagai belahan bumi. Karena terdapat berbagai perbedaan dalam tempat tinggal, iklim, bentang alam, jenis makanan, dan lain-lainnya, perilaku manusia untuk hidup menjadi berupa-rupa. Cara yang berbeda untuk melakukan suatu hal ini disebut dengan budaya. Manusia yang hidup di bentang es, padang pasir, pantai, atau pedalaman hutan, memiliki cara yang berbeda atau kebiasaan yang berlainan dalam misalnya makan. Manusia yang hidup di bentang es tak perlu khawatir daging buruannya basi, sehingga mereka dapat menimbun lama-lama persediaan makanan. Hal itu tentu berbeda dengan yang tinggal di padang pasir. Mereka yang hidup di pantai memiliki pola makanan yang lebih rendah lemak dibanding yang hidup di pedalaman hutan, karena menu dasar mereka ikan-ikanan dan bukan daging. Keadaan-keadaan tersebut menimbulkan kebiasaan dan perilaku yang berbeda antarkelompok manusia dalam menjalani hidupnya. Perbedaan-perbedaan itu menimbulkan budaya-budaya yang dihasilkan manusia menjadi beraneka ragam.
Setelah mendapatkan kemudahan dalam memperolah kebutuhan dasarnya, untuk makan, dengan kerja sama berkelompok, manusia memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan hal lain. Mereka mulai menjelajahi kemampuan bahasa dalam menyampaikan berbagai pengalamannya ketika berburu dan meramu. Timbullah budaya dongeng-mendongeng. Berkembanglah ide-ide yang lebih maju, dan muncullah lagu-laguan, dan tari-tarian, dengan jalinan pemaknaan bahasa, untuk mengekspresikan dan mengkomunikasikan pandangan hidup. Untuk menceritakan ketakutan, ketidakberdayaan, dan ketidakpastian yang selalu melingkupi manusia dalam berjumpa dengan alam, manusia mulai menciptakan konsep tentang adanya kekuatan yang lebih kuat mengatasi semuanya. Muncullah pengertian tentang dewa-dewa dan kekuatan gaib, tentang nasib dan religi. Ungkapan manusia untuk menunjukkan penjelajahannya dalam berbahasa yang melahirkan seni, religi, dan filsafat itu membuat keanekaragaman budaya rohani. Untuk mengungkap rasa syukur terdapat kelompok manusia yang melarung hasil bumi ke laut, menyembelih ternak, menyembah ke langit, atau membakar menyan atau petasan. Untuk mengkhidmati hadirnya kematian, beberapa kelompok manusia mengubur jenazah, dan ada beberapa yang lain membakarnya. Untuk menunjukkan hormat kepada manusia lain, manusia bisa membungkuk, mengangkat tangan di samping kening, atau mengangguk.
Terdapat banyak peristiwa dalam kehidupan yang selalu menjadi perhatian manusia: kelahiran, kematian, pernikahan, musibah, bencana, gerhana, panen, dan lain-lain. Kesemua peristiwa itu pada mulanya tidak menjadi hal yang begitu penting ketika manusia belum memiliki cukup waktu untuk merenung dan membicarakan maknanya dengan sesama. Semakin canggih dan maju kemampuan manusia menutupi kebutuhan pokoknya, semakin berkembang kebutuhan sekunder dan tersier yang terkait dengan alam perasaan dan akal budi, bukannya jasmani. Norma, nilai, dan kesusilaan, serta hukum adat mulai lahir sebagai reaksi budaya akan munculnya kesadaran akan pentingnya menjadi makhluk yang beradab.
Kebudayaan ialah hasil karya cipta, rasa, dan karsa manusia yang bersifat luhur dan tidak bersifat keduniawian. Walaupun wujud dari hasil kebudayaan ini bisa berbentuk fisik, seperti artefak, guci, candi, dan arca, tetapi benda-benda itu selalu mengandung nilai metafisika atau pandangan hidup yang melekat. Nilai-nilai itu dituangkan dalam bentuk seni dan sistem kehidupan sosial. Pengalaman manusia sebagai makhluk yang berpikir selalu menerjemahkan kenyataan atau realitas di dunia dengan cara dan bentuk yang beragam. Mereka menyembah pohon besar, batu, bintang, bulan, sapi, dan patung, yang dianggap perwujudan ilahi atau Realitas Yang Sejati. Dalam mencari makna akan keberadaan hidup, manusia menemukan kebudayaan teologis yang mengitarkan kegiatan manusia dalam suatu kisah besar/mitos untuk menjelaskan dan memberikan rasa aman akan keberadaan mereka di muka bumi. Dalam Buddha, manusia ialah satu bentuk kehidupan yang terus berproses untuk menuju kesempurnaan melalui proses reinkarnasi yang berulang-ulang. Dalam agama samawi, manusia ialah makhluk tersempurna yang terjungkal dari surga karena godaan jahat, yang tujuan hidupnya di bumi ialah untuk berjuang kembali ke firdaus dengan melakukan perbuatan baik. Dalam mondialisme materialistik, manusia ialah bagian alam yang akan kembali ke dalamnya dalam siklus materi dan perubahan energi yang tak habis-habis. Manusia dalam mengeluarkan daya hidupnya selalu berkarya dalam mengerahkan potensi-potensi intelektualitas dan spiritualitasnya untuk menyumbangkan sesuatu dalam kebudayaan. Segala perbuatan manusia–hasil buah cipta, rasa, dan karsa–pada akhirnya adalah suatu sumbangan bagi berdirinya kebudayaan manusia secara keseluruhan.

Friday, October 4, 2013

Hubungan Ilmu Budaya Dasar dengan Manajemen

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Banyak universitas atau perguruan tinggi yang berfokus atau berjurusan di bidang ekonomi dan bisnis menemukan kesulitan dalam menemukan hubungan yang jelas antara ilmu budaya dasar dengan sebagian besar mata kuliah yang diberikan. Jurusan manajemen, misalnya, memiliki mata kuliah seperti akuntansi, bahasa Inggris, manajemen, bisnis, studi kelayakan bisnis, dan sebagainya. Keseluruhan mata kuliah diberikan agar mereka memiliki tujuan agar mahasiswa memiliki semua ilmu yang relevan dan berhubungan dengan kompetensi yang diharapkan. Dalam kasus jurusan manajemen, kemampuan manajemen-lah yang diharapkan akan didapatkan, baik softskill maupun hardskill. Pemasukan beberapa mata kuliah tambahan atau kegiatan ekstrakurikuler lainnya hanya akan dilakukan sejauh mereka berhubungan dan turut menunjang kompetensi utama (core competency) dari jurusan yang dimaksud.
Makalah ini dibuat untuk mengetahui sejauh mana hubungan manajemen dan ilmu budaya dasar. Persinggungan antara ilmu budaya dasar dan manajemen, yang menyebabkan mata kuliah ini perlu diberikan bagi mahasiswa yang belajar bahkan di bidang di luar jurusan bahasa atau ilmu budaya (humanities), dan menjadi MKDU (mata kuliah dasar umum), akan menjadi pokok bahasan.
BAB II
PEMBAHASAN I
A.     Pengertian IBD (Ilmu Budaya Dasar)
Ilmu Budaya Dasar adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Istilah llmu Budaya Dasar dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti istilah Basic Humanities yang berasal dari istilah bahasa Inggris "The Humanities". Adapun istilah Humanities itu sendiri berasal dan bahasa latin humanus yang bisa diartikan manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya, dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa humanities berkaitan dengan nilai-nilai yaitu nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya.
Untuk mengetahui bahwa Ilmu Budaya Dasar termasuk kelompok pengetahuan budaya, lebih dahulu perlu diketahui pengelompokan ilmu pengetahuan. Prof. Dr. Harsya Bachtiar mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:
i.                    Ilmu-ilmu Alamiah (natural science)
Ilmu-ilmu alamiah bertujuan mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal itu digunakan metode ilmiah. Caranya ialah dengan menentukan hukum yang berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk menentukan suatu kualitas. Hasil analisis itu kemudian digeneralisasikan. Atas dasar ini lalu dibuat prediksi. Hasil penelitiannya bersifat 100% benar dan 100% salah. Yang termasuk kelompok ilmu-ilmu alamiah antara lain ialah astronomi, fisika, kimia, biologi, kedokteran, dan mekanika.
ii.                  Ilmu-ilmu Sosial ( social science )
Ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antar manusia. Untuk mengkaji hal itu digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah. Tetapi hasil penelitiannya tidak mungkin 100% benar, hanya mendekati kebenaran. Sebabnya ialah keteraturan dalam hubungan antar manusia itu dapat berubah dari saat ke saat. Yang termasuk kelompok ilmu-ilmu sosial antara lain ilmu ekonomi, sosiologi, politik, demografi, psikologi, antropologi sosial, sosiologi, dan hukum.
iii.                Pengetahuan budaya (humanities)
Pengetahuan budaya bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal itu digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan pemyataan-pemyataan yang bersifat unik, kemudian diberi arti. Peristiwa-peristiwa dan pemyatan-pemyataan itu pada umumnya terdapat dalam tulisan-tulisan. Metode ini tidak ada sangkut-pautnya dengan metode ilmiah, hanya mungkin ada pengaruh dari metode ilmiah.
Pengetahuan budaya (humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian (disiplin) seni dan filsafat. Keahlian inipun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagai bidang keahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni musik, dll. Sedang ilmu budaya dasar (basic humanities) adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan perkataan lain ilmu budaya dasar menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran dan kepekaan dalam mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Ilmu budaya dasar berbeda dengan pengetahuan budaya. Ilmu budaya dasar dalam bahasa Inggris disebut dengan basic humanities. Pengetahuan budaya dalam bahasa inggris disebut dengan istilah humanities. Pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk berbudaya (homo humanus), sedangkan ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan budaya.
Penyajian mata kuliah Ilmu Budaya Dasar tidak lain merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan demikian jelaslah bahwa mata kuliah ilmu budaya dasar tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam salah satu bidang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya (humanities). Akan tetapi ilmu budaya dasar semata-mata sebagai salah satu usaha mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemarnpuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun yang menyangkut dirinya sendiri.
Untuk bisa menjangkau tujuan tersebut Ilmu Budaya Dasar diharapkan dapat :
a.       Mengusahakan penajaman kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang bane, terutama untuk kepentingan profesi mereka.
b.      Memberi kesempatan pada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka tentang masalah kemánusiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut.
c.       Mengusahakan agar mahasiswa, sebagai calon pemimpin bangsa dan negara serta ahli dalam bidang disiplin masing-masing, tidak jatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahan dan pengkotakan disiplin yang ketat. Usaha ini terjadi karena ruang lingkup pendidikan kita amat sempit dan condong membuat manusia spesialis yang berpandangan kurang luas. kedaerahan dan pengkotakan disiplin ilmu yang ketat.
d.      Mengusahakan wahana komunikasi para akademisi agar mereka lebih mampu berdialog satu sama lain. Dengan memilki satu bekal yang sama, pars akademisi diharapkan akan lebih lancar dalam berkomunikasi.
Bertitik tolak dari kerangka tujuan yang telah ditentukan diatas, dua masalah pokok bisa dipakai sebagi bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian mata kuliah Ihnu Budaya Dasar. Kedua masalah pokok itu ialah:
a.       Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (humanities), baik dari segi masing-masing keahlian (disiplin) didalam pengetahuan budaya, maupun secara gabungan (antarbidang) berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya.
b.      Hakekat manusia yang satu atau universal, tetapi yang beraneka-ragam perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing jaman dan tempat. Dalam melihat dan menghadapi lingkungan alam, sosial dan budaya, manusia tidak hanya mewujudkan kesamaan-kesamaan, tetapi juga ketidakseragaman yang diungkapkan secara tidak seragam, sebagaimana yang terlihat ekspresinya dalam berbagai bentuk dan corak: ungkapan, pikiran, dan perasaan, tingkah laku, dan hasil kelakuan mereka.
Menilik kedua masalah pokok yang bisa dikaji dalam mata kuliah ilmu budaya dasar tersebut di atas, tampak dengan jelas bahwa manusia menempati posisi sentral dalam pengkajian. Manusia tidak sebagi subyek akan tetapi sebagai obyek pengkajian. Bagaimana hubungan manusia dengan alam, dengan sesama manusia, dirinya sendiri, nilai-nilai manusia dan bagaimana pula hubungan manusia dengan Tuhan menjadi tema sentral dalam ilmu budaya dasar.
Pokok bahasan yang akan dikembangkan adalah :
- Manusia dan cinta kasih
- Manusia dan keindahan
- Manusia dan penderitaan
- Manusia dan keadilan
- Manusia dan pandangan hidup
- Manusia dan tanggung jawab serta pengabdian
- Manusia dan kegelisahan
- Manusia dan harapan.
Kedelapan pokok bahasan itu termasuk dalam karya-karya yang terccakup dalam pengetahuan budaya. Perwujudan mengenai cinta, misalnya, terdapat dalam karya sastra, tarian, musik, filsafat, lukisan, patung dan sebagainya. Masing-masing pokok bahasan dapat didekati dengan baik menggunakan cabang-cabang pengetahuan budaya secara sendiri-sendiri maupun secara gabungan cabang-cabang tersebut.Pokok bahasan manusia dan cinta kasih misalnya, dapat didekati dengan menggunakan karya seni sastra, atau filsafat atau seni tari dan sebagainya. Disamping itu pokok bahasan manusia dan cinta kasih juga dapat didekati dengan menggunakan gabungan karya seni sastra, karya seni tari, atau filsafat dan sebagainya.

B.     Pengertian Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno mĂ©nagement, yang memiliki arti "seni melaksanakan dan mengatur”.Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal.Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana (tools). Toolsmerupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men, money, materials, machines, method, dan markets.
Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.
Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.
Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan manajer. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.
Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan (memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen.
BAB III
PEMBAHASAN II
Hubungan antara IBD (Ilmu Budaya Dasar) dengan Manajemen
Persinggungan antara ilmu budaya dasar dan manajemen terutama terletak pada faktor manusia. Manajemen mencoba mencapai tujuan dengan menggunakan orang lain, sementara ilmu budaya dasar memberikan khazanah pengetahuan dasar yang berkaitan dengan bagaimana perilaku manusia. Dengan memahami faktor manusia maka perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan dari tiap-tiap aktivitas manajemen dapat berjalan dengan lebih lancar. Dalam manajemen manusia adalah faktor yang paling menetukan. Manajemen sumber daya manusia mungkin adalah perkawinan dari kedua cabang ilmu ini. Keduanya bukan merupakan ilmu pasti, yang mendasarkan diri dan berkonsentrasi pada manusia sebagai subjek dan objek sekaligus dalam menjalankan suatu bentuk kerja sama yang bisa jadi menghasilkan manfaat ekonomi.
Titik berat manajemen selama ini ialah mengenai manfaat materi atau yang bersifat bisnis, sementara di lain sisi, ilmu budaya dasar memberikan arti dan makna dari suatu kerja/karya yang dilakukan oleh manusia yang tak hanya terbatas pada pemenuhan kebutuhan materi. Semakin lama semakin disadari akan pentingnya mengintegrasikan antara pengetahuan-pengetahuan dalam basic humanities dengan ilmu manajemen modern. Istilah seperti "customer-centric", "patient-centric", atau "user centric" ialah hasil dari penggabungan kedua ilmu itu pada bisnis terkini.
Dari segi pengelolaan sumber daya manusia sebagai faktor produksi di dalam manajemen, pengetahuan tentang manfaat dan nilai-nilai keorganisasian yang tumbuh dalam pekerjaan, terutama bagi mereka yang telah menghabiskan sekian waktu hidupnya bersama perusahaan, menjadi bukan lagi hal yang intangible. Sentimen karyawan, kepuasan mereka, perasaan ingin dihargai, lingkungan kerja yang kondusif, budaya kerja, semangat, dan etos, adalah nilai-nilai yang nyata hadir di sebalik bangunan dan peralatan fisik perusahaan, yang kesemuanya perlu dikelola dengan baik berbekal pengetahuan dasar tentang sifat-sifat dasar perangai manusia.
Dalam pemasaran pun hal ini diperlukan. Seseorang dengan bekal ilmu pasti yang terlalu tebal tanpa sumbangan ilmu budaya dasar takkan sensitif untuk menangkap peluang pasar yang dikemudikan oleh unsur-unsur budaya yang dapat diubah menjadi bisnis dan uang, seperti pandangan tentang kemewahan, prestise, dan gaya hidup. Dalam pemasaran, faktor-faktor ini, di samping faktor lain yang lebih  bersifat logistik seperti jalur distribusi dan biaya transportasi dan penggudangan, menjadi bahkan lebih penting. Nilai suatu hasil produksi dapat meningkat jikalau eksploitasi akan ketidakrasionalan pasar dan perilaku manusia diperdalam. Rokok misalnya, dapat menjadi produk yang terdiferensiasi berdasarkan iklan dan kampanye akan dikesankan memiliki unsur-unsur tertentu yang dianggap berkesan dan berkelas di masyarakat. Hal ini membuat ilmu budaya dasar menjadi penting dan patut diperhatikan dalam manajemen.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Hubungan antara ilmu budaya dasar dan manajemen ialah keduanya bukan merupakan ilmu pasti yang dapat diambil kesimpulan 100% benar atau salah. Keduanya berfokus pada manusia sebagai bahan penelaahan. Ilmu budaya dasar dapat menjadi pengetahuan pelengkap/komplemen dalam pelaksanaan manajemen yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA
azmarham.blogspot.com/2010/04/pengertian-ilmu-budaya-dasar.html
management.fortune.cnn.com/2013/06/20/humanities/
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen