Thursday, December 26, 2013

SUMBER DAYA KONSUMEN DAN PENGETAHUAN KONSUMEN


Nama : Novi wulandari
Kelas : 3EA27
Npm  : 1A213052
Tugas ke : 3


Dosen : Tomy Adi Sumarso,SE
A. PENDAHULUAN
I.      LATAR BELAKANG
Pemasaran adalah bidang berbeda dengan produksi. Produksi mengoprimalisasi penggunaan sumber daya yang dimiliki oleh produsen untuk menghasilkan barang dan jasa yang paling efisien dan berkualitas, sehingga titik perhatian ada pada penjagaan dan pemantauan maksimalisasi penggunaan sumber daya produsen. Pemasaran di sisi lain, melihat dari sisi konsumen, mengenai sumber daya apa saja yang dimiliki oleh konsumen, yang memungkinkan produk hasil produksi dapat diiterima, dibeli, dan dikonsumsi secara berkelanjutan dan menguntungkan.
Jika dalam usaha produksi, produsen memerlukan informasi dan pengetahuan yang akurat dan memadai mengenai sumber daya produksi, maka dalam pemasaran, pemasar memerlukan pengetahuan konsumen yang handal dalam melancarkan strategi pemasaran dan pengiklanan yang efektif. Pengetahuan konsumen akan produk tertentu dapat jadi tidak akurat, dan justru ketidakakuratan informasi ini (assymetric information) dapat digunakan oleh pemasar untuk menjual produk mereka dengan cara yang lebih hebat.
Jumlah dan intensitas sumber daya dan pengetahuan konsumen mempengaruhi perilaku mereka dalam menghadapi dan berinteraksi dengan berbagai macam varian produk yang ditawarkan. Pemahaman atas dua hal tersebut akan membantu pemasar dalam menjual produk sesuai dengan karakteristik dan kemampuan mengonsumsi konsumen.

II.    TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
a.       Mengetahui konsep dasar sumber daya konsumen dalam kaitannya dalam memahami perilaku konsumen.
b.      Mengetahui konsep dasar pengetahuan konsumen dalam kaitannya dalam memahami perilaku konsumen.

B. PEMBAHASAN
I.      SUMBER DAYA KONSUMEN
i.      Definisi
Sumber Daya Konsumen adalah semua pendapatan atau kekayaan yang dimiliki seorang konsumen yang bertujuan untuk menentukan apa yang akan dibeli oleh konsumen (keputusan konsumen).  Sumber daya konsumen terhadap pembelian terkait dengan pendapatan yang didapat setiap konsumen. Tinggi atau rendahnya pendapatan konsumen, mempengaruhi pengeluaran mereka terhadap suatu barang.

ii.     Kategori Sumber Daya Konsumen
Sumber Daya Konsumen dapat dikategorikan dalam tiga golongan, yaitu: sumber daya ekonomi, temporal/waktu/sementara, dan kognitif.
a.       Sumber Daya Ekonomi (Uang)
Sumber Daya Ekonomi adalah segala sumber daya yang dimiliki berupa barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia, baik itu yang berasal dari sumber daya alam (SDA) maupun dari sumber daya manusia (SDM) yang dapat memberikan manfaat atau keuntungan (benefit), serta dapat diolah sebagai modal dasar dalam pembangunan ekonomi.
Sumber daya ekonomi merupakan salah satu bentuk dari sumber daya konsumen. Sumber daya Ekonomi terdiri dari:
-          Sumber Daya Alam, yakni semua sumber/kekayaan yang berasal dari alam. Misalnya tanah, air, angin, cahaya matahari, mineral, minyak, gas.
-          Sumber Daya Manusia, yakni semua kegiatan manusia baik jasmani (fisik) maupun rohani yang bertujuan untuk kegiatan produksi. Misalnya petani, nelayan, buruh, karyawan, dan pegawai.
-          Sumber Daya Kewirausahaan, yakni suatu  sikap, perilaku, semangat seseorang dalam menangani sebuah usaha atau kegiatan ekonomi, sehingga dapat menghasilkan keuntungan. Misalnya pengusaha kain, pengusaha tempe, pengusaha, dan peternakan.
-          Sumber Daya Modal, yakni sumber daya yang dibuat oleh manusia baik berupa uang maupun barang yang dapat digunakan dalam membantu proses kegiatan produksi. Misalnya uang, bahan baku, bahan bakar, mesin, bangunan / gedung untuk tempat produksi, dll).
Sumber daya Konsumen dipengaruhi oleh potensi sumber daya ekonomi, atau potensi ekonomi. Keadaan ekonomi konsumen sangat mempengaruhi konsumen dalam mengambil suatu keputusan. Keputusan konsumen sehubungan dengan produk sangat dipengaruhi oleh jumlah sumber daya ekonomi yang dimiliki pada saat ini maupun pada masa yang akan datang. Sumber daya ekonomi (pendapatan) konsumen, dapat berasal dari sumber daya ekonomi individu, keluarga, maupun rumah tangga. Selain pendapatan, sumber daya ekonomi lainnya dapat berupa kekayaan (aset/ nilai bersih) dan kredit. Kekayaan seseorang berkorelasi dengan pendapatan orang tersebut.
b.      Sumber Daya Temporal (Waktu)
Waktu menjadi salah satu variabel yang semakin penting dalam memahami perilaku konsumen. Banyak konsumen yang semakin mengalami kemiskinan akan waktu, karena kesibukan dalam kegiatan sehari-hari. Di Amerika, jam yang dihabiskan di tempat kerja setiap minggu (termasuk waktu pulang pergi, pekerjaan rumah tangga, dan pekerjaan sekolah) meningkat dari 40,6 jam pada tahun 1973 menjadi 47,3 pada tahun 1984. Pada waktu yang sama, rata-rata jumlah jam yang tersedia untuk waktu senggang tuun dari 26,2 jam menjadi 18,1 jam perminggu. Salah satu variabel yang paling individual dari perilaku manusia berhubungan dengan bagaimana orang menggunakan anggaran waktu mereka. Kebanyakan dihabiskan untuk bekerja, tidur, dan kegiatan wajib lain
Namun demikian ada suatu bagian waktu yang dihabiskan untuk kegiatan yang sangat pribadi, yakni waktu senggang. Secara historis, anggaran waktu konsumen dianggap memiliki dua komponen, yaitu:
-          waktu kerja, dan
-          waktu senggang.
Menurut Lane dan Lindquist, anggaran waktu konsumen terbagi atas:
-          waktu yang menghasilkan pendapatan,
-          waktu terikat (wajib dan non-wajib), dan
-          waktu tidak terikat (terencana dan tidak terencana).
Produk yang diklasifikasikan menurut sifat waktu konsumen disebut barang waktu (time goods). Terdapat dua jenis barang waktu, yaitu:
-          barang yang menggunakan waktu, yakni produk yang memerlukan pemakaian waktu dala mengkonsumsinya, misalnya menonton TV, memancing, bermain golf, tenis (waktu senggang) tidur, perawatan pribadi, pulang pergi (waktu wajib); dan
-          barang penghemat waktu, yakni produk yang menghemat waktu dan memungkinkan konsumen meningkatkan waktu leluasa/senggang mereka. Contoh: oven microwave, mesin cuci, pemotong rumput, fast food.
c.       Sumber Daya Kognitif
Pengertian sumber daya kognitif adalah kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Sumber daya kognitif menggambarkan kapasitas mental yang tersedia untuk menjalankan berbagai kegiatan pengolahan informasi. Kapasitas mental ini sering disebut dengan perhatian (attention). Perhatian terdiri dari dua dimensi:
-          arahan (direction) menggambarkan fokus perhatian, dan
-          intensitas mengacu pada jumlah kapasitas yang difokuskan pada arahan tertentu.
Karena kapasitas tersebut terbatas, orang harus selektif dalam apa yang mereka perhatikan dan berapa banyak perhatian dialokasikan selama pengolahan informasi. Dalam psikologi kognitif dinyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada dari luar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri.

II.    PENGETAHUAN KONSUMEN
i.      Kandungan Pengetahuan
Terdapat dua jenis pengetahuan dasar dalam psikologi kognitif, yaitu:
a.       Pengetahuan deklaratif
Pengatahuan deklaratif (declarative knowledge) melibatkan fakta subjektif yang sudah diketahui. Lebih jauh lagi, pengetahuan deklaratif terdiri dari dua kategori:
-          pengetahuan episodik, yakni yang melibatkan pembatasan waktu, semisal jawaban pertanyaan, “Kapan pertama kali mencoba kartu perdana XXX?”
-          pengetahuan semantik, yakni pengetahuan yang digeneralisasikan dan memberi arti bagi dunia pemaknaan seseorang. Hal in terkait dengan penggambaran sebuah produk oleh konsumen. Misalnya jawaban atas pertanyaan “Bagaimana kesan saat memakai telepon seluler merek XXX?”
b.      Pengetahuan prosedural.
Pengetahuan prosedural (procedural knowledge) mengacu pada pengertian bagaimana fakta subjektif dapat digunakan. Fakta ini bersifat subjektif dalam pengertian bahwa fakta tersebut tidak perlu sesuai dengan realitas objektif.
Pengetahuan konsumen dapat dibagi menjadi tiga bidang umum:
a.       Pengetahuan Produk
Pengetahuan Produk (product knowledge) adalah kumpulan berbagai macam informasi mengenai produk. Pengetahuan ini meliputi kategori produk, merek terminologi produk atribut atau fitur, harga produk dan kepercayaan mengenai produk. Jenis Pengetahuan Produk:
-          pengetahuan tentang karakteristik atau atribut produk,
-          pengetahuan tentang manfaat produk, dan
-          pengetahuan tentang kepuasan yg diberikan produk kepada konsumen.
b.      Pengetahuan Pembelian
Pengetahuan Pembelian terdiri atas pengetahuan tentang toko, lokasi produk di dalam toko dan penempatan produk yang sebenarnya di dalam toko tersebut. Konsumen cenderung lebih senang mengunjungi toko yang sudah dikenalnya untuk berbelanja, karena telah mengetahui dimana letak produk di dalam toko tersebut. Hal ini akan memudahkan konsumen untuk berbelanja atau melakukan pembelian karena dapat menghemat waktu dan tenaga dalam mencari lokasi produk.
Perilaku membeli dapat diurutkan dalam tiga tahapan yakni:
-          Store Contact (meliputi tindakan mencari outlet, pergi ke outlet dan memasuki outlet, dst)
-          Product Contact (konsumen akan mencari lokasi produk, mengambil produk tersebut dan membawanya ke kasir), dan
-          Transaction (Konsumen akan membayar produk tersebut dengan tunai, kartu kredit, kartu debet atau alat pembayaran lainnya).
c.       Pengetahuan Pemakaian
Suatu produk akan memberikan manfaat kepada konsumen jika produk tersebut  telah digunakan atau dikonsumsi. Agar produk tersebut bisa memberikan manfaat yang maksimal dan kepuasan yang tinggi, maka konsumen harus bisa menggunakan atau mengkonsumsi produk tersebut dengan benar. Produsen berkewajiban untuk memberikan informasi yang cukup agar konsumen mengetahui cara pemakaian suatu produk. Pengetahuan pemakaian suatu produk adalah penting bagi konsumen.
Studi perilaku konsumen muncul seiring dengan berkembangnya konsep pemasaran, yang merupakan cara pandang pemasar dalam menghadapi konsumen dan pesaingnya, di mana pemasar berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen secara lebih efektif dari para pesaingnya. Tujuannya adalah memperoleh kepuasan pelanggan. Sehingga ilmu perilaku konsumen dibutuhkan untuk mengidentifikasi apa kebutuhan dan keinginan konsumen dan pelanggan tersebut sehingga pemasar mampu menyusun dan mengimplementasikan strategi pemasaran yang tepat untuk karakteristik konsumen yang menjadi target pasar.
Pemahaman tentang konsumen ini diperoleh pemasar melalui penelitian-penelitian perilaku konsumen sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenaran informasi yang terima dan digunakan dalam penyusunan strategi pemasaran.
Konsumen dapat merupakan seorang individu ataupun organisasi, mereka memiliki peran yang berbeda dalam perilaku konsumsi, mereka mungkin berperan sebagai initiator, influencer, buyer, payer atau user.
Dalam upaya untuk lebih memahami konsumennya sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, perusahaan dapat menggolongkan konsumennya ke dalam kelompok yang memiliki kemiripan tertentu, yaitu pengelompokan menurut geografi, demografi, psikografi, dan perilaku.
ii.     Organisasi Pengetahuan
Organisasi pengetahuan merupakan suatu pengaturan ke dalam struktur kategori tertentu untuk  mengelompokan sesuatu. Organisasi ini dibuat untuk memudahkan pencarian, penggunaan, dan penyimpanan dokumen atau pengetahuan itu sendiri. Organisasi pengetahuan dapat membantu pendeskripsian dokumen, isi, fitur dan tujuan, serta membuat pengamanan pencarian pesan tertentu yang isinya meliputi pengetahuan khusus yang boleh diakses hanya oleh yang berkewenangan.
Organisasi pengetahuan bisa di artikan juga sebagai kegiatan pendokumentasian, pengindeksan dan klasifikasi yang dilakukan di perpustakaan, basis data (database), arsip, dan lain-lain, yang dilakukan oleh pustakawan, arsiparis, spesialis subyek dan sekaligus oleh algoritma komputer.
Pengetahuan dalam suatu organisasi dapat menjadikan organisasi tersebut memahami tujuan keberadaanya, diantara tujuan-tujuan tersebut yang terpenting adalah bagaimana organisasi memahami cara mencapai tujuannya, Organisasi-organisasi yang sukses adalah organisasi yang secara konsisten menciptakan pengetahuan baru dan menyebarkanya secara menyeluruh didalam organisasinya dan secara cepat mengadaptasinya kedalam teknologi dan produk serta layanan mereka. Melihat perannya yang begitu penting bagi suatu organisasi, maka semua pengetahuan yang dimiliki oleh suatu organisasi harus dikelola dengan baik, sehingga pengetahuan tersebut dapat berperan optimal untuk organisasinya.
iii.   Mengukur pengetahuan
Pengukuran pengatahuan objektif (objective knowledge) adalah pengukuran yang menyadap apa yang benar-benar sudah disimpan oleh konsumen di dalam ingatan. Ukuran pengetahuan objektif, yang berfokus pada potongan informasi khusus yang mungkin diketahui konsumen. Dan pilihan akhir untuk menilai pengetahuan adalah dengan menggunakan ukuran pengetahuan subjektif (subjective knowledge). Pengetahuan ini sireflesikan oleh pengukuran yang menyadap persepsi konsumen mengenai banyaknya pengetahuan mereka sendiri. Pada dasarnya, konsumen diminta untuk menilai diri mereka sendiri berkenaan dengan pengetahuan produk atau keakraban mereka. Ukuran pengetahuan subjektif berrpusat di sekitar kesan konsumen mengenai pengetahuan total dan keakraban mereka.
Akhirnya, pertimbangan diberikan pada metode alternatif untuk pengukuran pengetahuan. Pengalaman pembelian atau pemakaian, walaupun tentu saja berhubungan dengan pengetahuan, tidak harus memberikan indikasi yang akurat mengenai beberapa persisnya informasi yang dimiliki konsumen.
Pengetahuan konsumen terdiri dari informasi yang disimpan di dalam ingatan. Pemasar khususnya tertarik untuk mengerti pengetahuan konsumen. Informasi yang dipegang oleh konsumen mengenai produk akan sangat mempengaruhi pola pembelian mereka.Di dalam Psikologi kognitif dijelaskan bahwa ada dua jenis pengetahuan dasar, yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif melibatkan fakta subjektif yang sudah diketahui. Pengetahuan deklaratif sendiri dibagi menjadi dua kategori, yaitu pengetahuan episodik (melibatkan pengetahuan yang dibatasi dengan lintasan waktu) dan pengetahuan semantik (mengandung pengetahuan yang digeneralisasikan dan memberi arti bagi dunia seseorang). Sedangkan pengetahuan prosedural mengacu pada pengertian bagaimana fakta ini dapat digunakan. Fakta ini juga bersifat subjektif dalam pengertian fakta tersebut tidak perlu sesuai dengan realitas objektif.

C. PENUTUP
SIMPULAN
Sumber daya konsumen terdiri dari sumber daya ekonomi, waktu, dan pengetahuan. Dalam menentukan segmentasi pasar, pembagian konsumen berdasarkan sumber daya yang mereka miliki terutama dalam hal sumber daya ekonomi dan waktu, akan memberikan gambaran ceruk pasar yang lebih menguntungkan, karena faktor utama dalam konsumsi produk ekonomi yang paling berpengaruh adalah uang, atau harga, sementara faktor lain yang tak kalah berpengaruhnya adalah waktu, yang berkenaan dengan gaya hidup sekelompok segmen konsumen tertentu. Memotret jenis sumber daya yang dimiliki konsumen pada wilayah demografis tertentu pada serangkaian waktu akan memberikan peta yang lebih akurat mengenai potensi pasar yang siap diserbu dengan produk-produk yang tepat sasaran. Hal ini amat penting dalam penelitian pendahuluan pra-pemasaran.
Pengetahuan konsumen berguna dalam evaluasi kegiatan pengiklanan. Dengan metode pengiklanan yang masif, persepsi dan asosiasi akan suatu produk dapat dideteksi dengan menggunakan survai dan metode pengukuran lainnya, untuk mengetahui pengetahuan konsumen pada suatu periode tertentu akan suatu produk dalam rangka mengevaluasi strategi pemasaran yang telah dijalankan.

DAFTAR PUSTAKA
http://dwichuswanda13.wordpress.com/2013/10/27/sumberdaya-konsumen-dan-pengetahuan/
http://ratihpurnamaa.wordpress.com/2013/12/14/sumber-daya-konsumen-dan-pengetahuan-konsumen/

http://syairoh.blogspot.com/2013/12/sumber-daya-konsumen-dan-pengetahuan.html

KEPRIBADIAN, NILAI, DAN GAYA HIDUP


Nama : Novi wulandari
Kelas : 3EA27
Npm  : 1A213052
Tugas ke : 4


Dosen : Tomy Adi Sumarso,SE
A. PENDAHULUAN
I.      LATAR BELAKANG
Dalam pemasaran, sasaran akhir yang akan dituju ialah pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Selain faktor yang berkaitan dengan produk seperti harga, distribusi, volume, desain produk, dan kemasan, di sisi lain perlu juga untuk memahami secara mendalam mengenai konsumen. Tidak selamanya produk yang kompetitif dalam hal harga dan kualitas selalu laku dan laris terjual. Di lain segi, tidak selamanya juga produk yang kurang berkualitas dan tidak murah, selalu sepi pembeli. Terdapat faktor penentu dari anomali/keanehan ekonomi ini, dimana semua pelaku – penjual dan pembeli – selalu dianggap bertindak rasional. Karena yang menjadi pembeli atau konsumen dalam suatu transaksi ekonomi adalah manusia, dan rasionalitas hanyalah satu potong saja dari berlapis-lapis satuan yang menyusun sifat manusia, maka terdapat celah yang dapat dimanfaatkan pemasar dalam menjual produknya dalam keadaan dimana manusia menunjukkan respon sikap lain selain rasionalitas ekonomis.
Pemahaman mengenai kepribadian yang dimiliki oleh setiap calon konsumen, dapat menentukan segmentasi target pasar. Demikian juga dengan sistem nilai yang dianut dan dijalankan oleh sekelompok masyarakat pada area geografis tertentu, yang dapat mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu produk tertentu. Pada akhirnya, suatu produk yang dikonsumsi dan digunakan akan menyatu dengan keseharian dan kehidupan penggunanya, dan akan mengakibatkan suatu corak gaya hidup tertentu. Hal yang unik adalah, seringkali justru efek dari pemakaian suatu produk yang menimbulkan kesan atas gaya hidup tertentu inilah yang kerap kali dijadikan alasan tambahan atau bahkan alasan utama, di luar harga dan kebutuhan riil, bagi lakunya berbagai macam produk yang menjajakan kesan atas gaya hidup tertentu.
Memahami ketiga hal di atas akan memberikan gambaran yang lebih lengkap bagi pemasar untuk memotret perilaku konsumen dalam mengonsumsi suatu produk tertentu.

II.    TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
a.       Mengetahui konsep dasar kepribadian dalam kaitannya dalam memahami perilaku konsumen.
b.      Mengetahui konsep dasar nilai dalam kaitannya dalam memahami perilaku konsumen.
c.       Mengetahui konsep dasar gaya hidup dalam kaitannya dalam memahami perilaku konsumen.


B. PEMBAHASAN
I.      KEPRIBADIAN

i.      Definisi
Seperangkat karakteristik psikologis yang menentukan pola berpikir, merasakan dan bertindak, yaitu individualitas pribadi dan sosial dari seseorang, disebut kepribadian. Pembentukan kepribadian adalah proses bertahap, kompleks dan unik untuk setiap individu. Kepribadian mencerminkan keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi, temparmen, ciri-ciri kas dan perilaku seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan tempramen itu akan terwujud dalam tindakan seseorang jika dihadapkan pada situasi tertentu. Setiap orang mempunyai kecenderungan perilaku yang baku, atau berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapai situasi yang di hadapi, sehingga menjadi ciri khas pribadinya.
Berikut adalah usaha beberapa ahli untuk mendefinisikan apa kepribadian itu:
a.       Cuber: Kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.
b.      Allport: Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik indvidu yang menentukan tingkah laku.
c.       Yinger: Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem, kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian instruksi.
d.      Bouwer: Kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang.
e.      Newcombe: Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.

ii.     Bagian Kepribadian
Freud, seorang pendiri psikoanalisis, mengemukakan bahwa sifat-sifat kepribadian manusia terdiri dari tiga kategori yang saling mempengaruhi, yaitu id, superego, dan ego.
a.       Id
Berbagai dorongan primitif dan impulsif berupa kebutuhan fisiologis dasar seperti rasa haus, lapar, dan seks yang diusahakan individu untuk segera dipenuhi, terlepas dari bagaimana cara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan itu, ditampung dalam suatu gudang abstrak dalam diri manusia, yang disebut Id. Id mengusahakan segera tersalurkannya kumpulan-kumpulan energi atau “ketegangan” yang terkumpul dalam jasad oleh rangsangan-rangsangan, baik dari dalam maupun dari luar. Merupakan suatu hasrat paling dasar, Id berfungsi untuk menunaikan prinsip kehidupan yang asli atau yang pertama yakni prinsip kesenangan (pleasure principle). Id bertujuan mengurangi “ketegangan” yang ada dalam diri manusia. Ketegangan itu dirasakan sebagai suatu penderitaan, karena tehalangnya keinginan naluriah dengan pencapaiannya keinginan itu. Tujuan dari prinsip kesenangan ini terdiri dari usaha mencegah dan menemukan kesenangan yang timbul atas pelemasan ketegangan tersebut.
b.      Superego
Bilamana Id selalu mencoba memenuhi kebutuhan naluriah dengan tanpa mengindahkan cara yang dilakukan, superego adalah bagian diri yang berkompromi terhadap “cara” pencapaian tujuan itu. Superego ialah bagian diri individu yang menjadi perwujudan dari moral dan kode etik yang berlaku di dalam masayarakat, yang telah menyatu dengan diri seseorang. Peran superego adalah menjaga agar individu tersebut memuaskan kebutuhan dirinya dengan cara yang dapat diterima masyarakat. Superego adalah suatu cabang moril atau cabang keadilan dari kepribadian. Superego lebih mewakili alam ideal daripada alam nyata. Superego terbagi lagi menjadi dua bagian yakni “ego ideal” dan “hati nurani”.
c.       Ego
Ego merupakan pengendalian individu secara sadar. Fungsinya sebagai pemantau dalam diri manusia yang berusaha menyeimbangkan tuntutan Id yang impulsif dengan kendala sosial budaya atas Superego. Ego adalah hubungan timbal balik antara seseorang dengan dunia memerlukan pembentukan suatu sistem rohaniah. Berlainan dengan Id yang dikuasai oleh prinsip kesenangan, Ego dikuasai oleh prinsip kenyataan (reality principle). Bertujuan untuk menangguhkan (menunda) peredaan energi sampai benda nyata atau tujuan tertentu yang lain yang akan memuaskan diri, telah diketemukan atau dihasilkan. Penangguhan suatu tindakan berarti bahwa ego harus dapat menahan ketegangan sampai ketegangan itu dapat diredakan dengan suatu bentuk kelakuan yang wajar.

iii.   Ciri Kepribadian
Kepribadian memiliki pengertian yang luas, kepribadian bukan hanya mencakup sifat-sifat yang positif, sifat-sifat yang menarik ataupun segala sesuatu yang tampak secara lahiriah, tetapi juga meliputi dinamika individu tersebut. Kepribadian adalah organisasi yang dinamis dari sistem psikofisis individu yang menentukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungannya secara unik. Dalam batasan kepribadian ini, terdapat empat ciri dari kepribadian:
a.       Dinamis
Kepribadian selalu berubah. Perubahan ini digerakkan oleh tenaga-tenaga dari dalam diri individu yang bersangkutan setelah interaksinya dengan dunia luar. Namun, perubahan tersebut tetap berada dalam batas-batas bentuk pola tertentu.
b.      Organisasi sistem
Sebagai sebuah sistem, kepribadian merupakan suatu keseluruhan yang bulat dan holistik, mencakup satuan-satuan sifat dan temperamen yang membentuk kesatuan diri tertentu.
c.       Psikofifis
Psikofisis, ini berarti bahwa kepribadian tidak hanya dipengaruhi oleh faktor fisik dan juga tidak hanya dipengaruhi oleh faktor psikis, tetapi merupakan gabungan dari kedua unsur tersebut.
d.      Unik
Meskipun dapat dipetakan dalam kluster/kumpulan tipe atas bauran sifat umum tertentu, pada dasarnya kepribadian antara individu yang satu dengan yang lain tidak ada yang persis sama, dan khas dimiliki oleh suatu individu.
Kepribadian memiliki banyak segi dan salah satunya adalah self atau diri pribadi atau citra pribadi. Mungkin saja konsep diri aktual individu tersebut (bagaimana dia memandang dirinya) berbeda dengan konsep diri idealnya (bagaimana ia ingin memandang dirinya), dan konsep diri orang lain (bagaimana dia mengganggap orang lain memandang dirinya).
Tiga karakteristik yang perlu dibahas dalam pembahasan mengenai kepribadian adalah kepribadian mencerminkan perbedaan antarindividu, kepribadian bersifat konsisten dan berkelanjutan, dan kepribadian dapat mengalami perubahan.
Faktor penentu kepribadian secara kasar dapat dibedakan menjadi faktor bawaan dan lingkungan. Faktor bawaan adalah kondisi lahiriah yang didapat secara genetik, mikalnya tinggi badan, bentuk wajah, temperamen, dan lain lain. Sedangkan faktor lingkungan adalah faktor-faktor lain di luar itu, misalnya budaya yang membentuk norma, sikap dan nilai yang diwariskan dari generasi yang satu dengan generasi selanjutnya.

II.    NILAI

i.      Definisi
Nilai adalah ide umum tentang tujuan yang baik dan yang buruk. Dari alur norma atau aturan yang menjelaskan tentang yang benar atau yang salah, yang bisa diterima dan yang tidak. Beberapa norma dikatakan sebagai enacted norms, di mana maksud dari norma tersebut terlihat secara eksplisit, benar dan salah. Namun, banyak norma lain yang lebih halus, ini adalah crescive norm yang telah tertanam dalam budaya dan hanya bisa terlihat melalui interaksi antaranggota dalam budaya.
Nilai-nilai budaya yang berlaku berbeda di setiap wilayah. Nilai yang berlaku di suatu negara belum tentu berlaku di negara lain atau bahkan bisa bertolak-belakang sama sekali dengan nilai yang berlaku di negara lainnya.
Schwartz mengemukakan teori bahwa nilai berasal dari tuntutan manusia yang universal sifatnya yang direfleksikan dalam kebutuhan organisme, motif sosial (interaksi), dan tuntutan institusi sosial. Ketiga hal tersebut membawa implikasi terhadap nilai sebagai sesuatu yang diinginkan. Schwartz menambahkan bahwa sesuatu yang diinginkan itu dapat timbul dari minat kolektif (tipe nilai benevolence, tradition, conformity) atau berdasarkan prioritas pribadi/individual (power, achievement, hedonism, stimulation, self-direction), atau kedua-duanya (universalism, security). Nilai individu biasanya mengacu pada kelompok sosial tertentu atau disosialisasikan oleh suatu kelompok dominan yang memiliki nilai tertentu (misalnya pengasuhan orang tua, agama, kelompok tempat kerja) atau melalui pengalaman pribadi yang unik.
Untuk memahami pengertian nilai secara lebih dalam, berikut ini akan disajikan sejumlah definisi nilai dari beberapa ahli.
a.       Rokeach: “Value is an enduring belief that a specific mode of conduct or end-state of existence is personally or socially preferable to an opposite or converse mode of conduct or end-state of existence.”
b.      Feather: “Value is a general beliefs about desirable or undesireable ways of behaving and about desirable or undesireable goals or end-states.”
c.       Schwartz: “Value as desireable transsituatioanal goal, varying in importance, that serve as guiding principles in the life of a person or other social entity.”
Nilai sebagai sesuatu yang lebih diinginkan harus dibedakan dengan yang hanya ‘diinginkan’, di mana ‘lebih diinginkan’ mempengaruhi seleksi berbagai modus tingkah laku yang mungkin dilakukan individu atau mempengaruhi pemilihan tujuan akhir tingkah laku. ‘Lebih diinginkan’ ini memiliki pengaruh lebih besar dalam mengarahkan tingkah laku, dan dengan demikian maka nilai menjadi tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.
Sebagaimana terbentuknya, nilai juga mempunyai karakteristik tertentu untuk berubah. Karena nilai diperoleh dengan cara terpisah, yaitu dihasilkan oleh pengalaman budaya, masyarakat dan pribadi yang tertuang dalam struktur psikologis individu, maka nilai menjadi tahan lama dan stabil. Jadi nilai memiliki kecenderungan untuk menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. Salah satunya adalah bila terjadi perubahan sistem nilai budaya di mana individu tersebut menetap.

ii.     Ciri Nilai
Sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso adalah sebagai berikut:
a.       Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya, orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai,tetapi kita tidak bisa mengindra kejujuran itu. Yang dapat kita indra adalah kejujuran itu.
b.      Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai nemiliki sifat ideal (das sollen). Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai keadilan. Semua orang berharap dan mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan.
c.       Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya. Misalnya, nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan.

iii.   Macam Nilai
Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu
a.       Nilai logika adalah nilai benar salah.
b.      Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah.
c.       Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk.
Berdasarkan klasifikasi di atas, kita dapat memberikan contoh dalam kehidupan. Jika seorang siswa dapat menjawab suatu pertanyaan, ia benar secara logika. Apabila ia keliru dalam menjawab, kita katakan salah. Kita tidak bisa mengatakan siswa itu buruk karena jawabanya salah. Buruk adalah nilai moral sehingga bukan pada tempatnya kita mengatakan demikian. Kita dapat mengatakan seorang murid buruk sikapnya apabila dia, misalnya, mencontek ketika ujian. Contoh nilai estetika adalah apabila kita melihat suatu pemandangan, menonton sebuah pentas pertunjukan, atau merasakan makanan, nilai estetika bersifat subjektif pada diri yang bersangkutan. Seseorang akan merasa senang dengan melihat sebuah lukisan yang menurutnya sangat indah, tetapi orang lain mungkin tidak suka dengan lukisan itu. Kita tidak bisa memaksakan bahwa suatu lukisan itu indah atau tidak.
Nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan kita sehari-hari.
Notonegoro menyebutkan adanya 3 macam nilai. Ketiga nilai itu adalah sebagai berikut:
a.       Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia.
b.      Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
c.       Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian meliputi
ü  Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia.
ü  Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan (emotion) manusia.
ü  Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa/will) manusia.
ü  Nilai religius yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.
Sebagaimana terbentuknya, nilai juga mempunyai karakteristik tertentu untuk berubah. Karena nilai diperoleh dengan cara terpisah, yaitu dihasilkan oleh pengalaman budaya, masyarakat dan pribadi yang tertuang dalam struktur psikologis individu (Danandjaja, 1985), maka nilai menjadi tahan lama dan stabil. Jadi nilai memiliki kecenderungan untuk menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. Salah satunya adalah bila terjadi perubahan sistem nilai budaya di mana individu tersebut menetap.

III.  GAYA HIDUP

i.      Definisi
Gaya hidup, menurut Kotler, merupakan sebuah penggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Susanto gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku.Oleh karena itu banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain sebagainya.
Gaya hidup merupakan pola hidup yang menentukan bagaimana seseorang memilih untuk menggunakan waktu, uang dan energi dan merefleksikan nilai-nilai, rasa, dan kesukaan. Gaya hidup adalah bagaimana seseorang menjalankan apa yang menjadi konsep dirinya yang ditentukan oleh karakteristik individu yang terbangun dan terbentuk sejak lahir dan seiring dengan berlangsungnya interaksi sosial selama mereka menjalani siklus kehidupan.
Gaya hidup hanyalah salah satu cara mengelompokkan konsumen secara psikografis. Bahkan sering kali istilah psikografi dan gaya hidup digunakan secara bergantian. Beberapa variabel psikografi adalah sikap, nilai, aktivitas, minat, opini, dan demografi.
Konsep gaya hidup konsumen sedikit berbeda dari kepribadian. Gaya hidup terkait dengan bagaimana seseorang hidup, bagaimana menggunakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu mereka. Kepribadian menggambarkan konsumen lebih kepada perspektif internal, yang memperlihatkan karakteristik pola berpikir, perasaan dan persepsi mereka terhadap sesuatu.

ii.     Variabel Gaya Hidup
Pendekatan gaya hidup cenderung mengklasifikasikan konsumen berdasarkan variabel-variabel Activity, Interest, dan Opinion. Menurut Setiadi sikap tertentu yang dimiliki konsumen terhadap suatu objek tertentu bisa mencerminkan gaya hidupnya. Gaya hidup seseorang bisa juga dilihat dari apa yang disenangi, ataupun pendapatnya mengenai objek tertentu. Ada tiga Faktor yang mempengaruhi gaya hidup konsumen:
a.       Kegiatan (activity) yaitu bagaimana konsumen menghabiskan waktunya.
b.      Minat (interest) yaitu tingkat keinginan atau perhatian atas pilihan yang dimiliki konsumen.
c.       Pendapat (opinion) atau pemikiran yaitu jawaban sebagai respon dari stimulus dimana semacam pertanyaan yang diajukan.
Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Gaya hidup merupakan frame of reference (kerangka acuan) yang dipakai sesorang dalam bertingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu. Terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang lain, berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk merefleksikan image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya.
Di Amerika Serikat kelas sosial ini seperti yang diklasifikasikan oleh Coleman menjadi tujuh kelas sosial masing-masing kelas Atas-Atas, Atas Bawah, Menengah Atas, Menengah, Pekerja, Bawah Atas, Bawah-bawah.
Sementara di Kota Jakarta, hasil penelitian Sosiologi UI yang tertuang dalam Rencana Umum Pembangunan Sosial Budaya DKI Jakarta 1994-1995, dapat distratifikasikan dalam lima strata, yaitu lapisan elit, lapisan menengah, lapisan peralihan, lapisan bawah, dan lapisan terendah.
Dalam perilaku konsumen secara samar orang membedakan pengertian kelas sosial dengan pengertian status sosial. Jika kelas sosial mengacu kepada pendapatan atau daya beli, status sosial lebih mengarah pada prinsip-prinsip konsumsi yang berkaitan dengan gaya hidup.
Seseorang dapat memproyeksikan status sosial tertentu berdasarkan simbol status yang dimiliki. Tujuan pemakaian simbol-simbol status ini adalah memproyeksikan citra diri seseorang agar dipersepsi sebagai bagian aari kelas sosial tertentu.
Karena dalam status ini tersimpan unsur prestise, maka pemakaian simbol status menjadi penting. Kepemilikan simbol status diharapkan menimbulkan respek orang lain untuk mendukung citra yang ingin ditampilkan sesuai dengan status sosialnya.
Hal ini terkait dengan konsep diri (self-concept). Konsumen menganggap produk-produk tersebut dapat membantunya untuk mengekspresikan citra apa yang ingin dipancarkan. Citra tersebut dapat merefleksikan citra diri aktual (actual self) yang menggambarkan gambaran saya yang sebenarnya (the real me) maupun citra diri ideal (the ideal self) yang menggambarkan sosok yang diinginkan (the person I’d like to be). Produk ini dapat digunakan untuk kedua citra tersebut: dapat digunakan untuk merefleksikan siapa diri kita, dan juga dikesempatan lain dapat dimanfaatkan menjadi apa yang kita inginkan.

iii.   Pengukuran Perilaku Individu
Pengukuran ganda perilaku individu digunakan di dalam analisis perilaku konsumen. Kepribadian mempunyai efek atas pembelian, namun demikian gaya hidup memiliki efek yang lebih besar. Tentu saja sumber daya seperti pendapatan dan waktu juga memberikan efek yang penting. Ancangan strategi terhadap gaya hidup adalah yang paling praktis untuk mengembangkan strategi pemasaran. Tujuannya adalah untuk memahami konsumen sebaik mungkin
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu terhadap pengambilan keputusan konsumen ada dua, yaitu sikap orang lain, dan faktor situasi tak terduga.
Konsumen mungkin membentuk kecenderungan pembelian berdasar pada pendapatan yang diharapkan, harga, dan manfaat produk yang diharapkan. Terdapat lima tahap proses pengambilan keputusan pembelian:
a.       Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian bermula dari pengenalan kebutuhan (need recognition): pembelian mengenali permasalahan atau kebutuhan yang dimilikinya. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan aktual dan sejumlah keadaan yang diinginkan.
b.      Pencarian Informasi
Konsumen yang tergerak mungkin mencari dan mungkin pula tidak mencari informasi tambahan. Jika dorongan konsumen kuat dan produk yang memenuhi kebutuhan berada dalam jangkauannya, ia cenderung akan membelinya.
c.       Pengevaluasian Alternatif
Cara konsumen memulai usaha mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada konsumen individual dan situasi pembelian tertentu. Dalam beberapa kasus, konsumen menggunakan kalkulasi yang cermat dan pikiran yang logis
d.      Keputusan Pembeli
Tahap pengevaluasian, konsumen menyusun peringkat merek dan membentuk kecenderuangan (niat) pembelian. Secara umum, keputusan pembelian konsumen akan membeli merek yang paling disukai, tetapi ada dua faktor yang muncul diantara kecenderungan pembelian dan keputusan pembelian.
e.      Perilaku Setelah Pembelian
Pekerjaan pemasar tidak hanya berhenti pada saat produk dibeli. Setelah membeli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak puas dan akan masuk ke perilaku setelah pembelian yang penting diperhatikan oleh pemasar.
Salah satu contoh segementasi psikografis dalam penentuan target pasar adalah VALS (Values & Life Style––Nilai & Gaya Hidup). Dalam VALS, terdapat dua dimensi yang menjadi titik beratnya, yaitu self-orientation (orientasi diri) dan resources (sumber daya). Resources yang dimaksudkan bukanlah semata-mata materi, tetapi dalam arti yang luas yang mencakup sarana dan kapasitas psikologis, fisik, dan demografis. Dalam perilaku konsumsi yang didorong oleh self-orientation terdapat tiga kategori yaitu principle (prinsip), status dan action (kegiatan).
a.       Self-orientation yang bertumpu pada principle, berarti keputusan untuk membeli berdasarkan karena keyakinannya. Sehingga keputusannya untuk membeli bukan hanya karena ikut-ikutan atau sekedar untuk mengejar gengsi. Boleh dikatakan tipe ini lebih rasional.
b.      Sedangkan yang bertumpu pada status, keputusannya dalam mengkonsumsi didominasi oleh apa kata orang. Produk-produk branded (bermerek) menjadi pilihannya.
c.       Bagi yang bertumpu kepada action, keputusan dalam berkonsumsi didasari oleh keinginannya untuk beraktivitas sosial maupun fisik, mendapatkan selingan atau menghadapi resiko. Spa mewah, caf berkelas, dan pertunjukan yang mendatangkan artis internasional terkenal merupakan contoh dari jenis keputusan membeli ini.
Fenomena inilah yang banyak ditemui pada saat ini. Jika logika ekonomi (yang seharusnya negara masih dalam krisis ekonomi) tidak dapat diterapkan, maka memahami perilaku konsumen dari sisi gaya hidup lebih dapat menjelaskan.
Kedatangan banyak artis luar negeri dalam konser-konser mereka di tengah krisis ekonomi yang sepertinya akan melanda, adalah fenomena gaya hidup. Atau larisnya telepon pintar (smartphone) dan laptop canggih oleh para mahasiswa, yang sebenarnya belum sepenuhnya fungsional bila dipakai mahasiswa karena tujuan akhir pemakainya adalah kaum eksekutif, adalah juga gejala pembelian berdasarkan gaya hidup. Membidik gaya hidup merupakan jalan keluar bagi para pemasar di tengah kelesuan ekonomi.
Inilah salah satu aspek penting mengapa gaya hidup harus dipertimbangkan, disamping data demografis yang seringkali menyesatkan dalam memahami perilaku konsumen. Seorang karyawati mungkin rela merogoh kantongnya lebih dalam dan bersedia menyisihkan gajinya untuk mencicil selama setahun demi sebuah tas Louis Vuitton, Channel, Gucci, Prada dan sejenisnya. Sementara seorang pedagang Glodok yang omsetnya puluhan juta per hari mungkin merasa sayang untuk mengeluarkan uang sebesar itu untuk sebuah tas. Rokok kretek tak berfilter yang paling mahal adalah Dji Sam Soe, tetapi pembelinya bukan hanya orang yang secara demografis berpenghasilan tinggi, tetapi malah mereka yang berpenghasilan rendah dengan membeli secara ketengan.


C. PENUTUP
SIMPULAN
Dalam kaitannya dengan perilaku konsumen, konsep id atau alam bawah sadar yang bersifat priimitif dan haus akan pemuasan kebutuhan-kebutuhan dasar dapat dipengaruhi dalam menjual suatu produk instan yang dapat segera memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu, ego seseorang juga dapat dimanipulasi dengan menawarkan produk yang dapat memancarkan gaya hidup tertentu untuk meningkatkan pandangan akan konsep diri yang bersangkutan. Superego dapat dipuaskan dengan menyisipkan produk tertentu yang dapat menunjang langgengnya suatu nilai yang hidup dalam masyarakat.
Pendek kata, semua segi dari kehidupan pribadi individu dapat dipengaruhi dan dijadikan modal dalam kampanye pengiklanan penjualan suatu produk, baik dalam alam bawah sadar interior individu, maupun lingkungan sosial ekternalnya yang lebih luas. Diperlukan kecermatan dan ketaktisan seorang marketer dalam melihat celah dan kesempatan dari sifat dan bawaan dari pemahaman yang mendalam mengenai kepribadian, nilai, dan gaya hidup konsumen, untuk dapat memetik hasil yang maksimal dalam upaya pencapaian penjualan produk.

DAFTAR PUSTAKA
http://harenzone.blogspot.com/2010/11/perilaku-konsumen-pola-dari-kepribadian.html
http://bamaandrew.wordpress.com/2013/11/23/viii-kepribadian-nilai-dan-gaya-hidup/
http://rizkiamaliafebriani.wordpress.com/2013/01/06/kepribadian-nilai-dan-gaya-hidup/
http://unedopragus.blogspot.com/2013/10/tugas-7-softskill-kepribadian-nilai-dan.html

http://syairoh.blogspot.com/2013/12/sumber-daya-konsumen-dan-pengetahuan.html

Monday, December 2, 2013

PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN OLEH KONSUMEN

Nama : Novi wulandari
Kelas : 3EA27
Npm  : 1A213052
Tugas ke : 2


Dosen : Tomy Adi Sumarso,SE
Pembelian adalah suatu peristiwa atau tindakan yang dilakukan oleh dua belah pihak dengan tujuan menukarkan barang atau jasa dengan menggunakan alat transaksi yang sah dan sama-sama memiliki kesepakatan dalam transaksinya. Dalam pembelian bagian yang paling menarik ialah proses tawar-menawar antara pembeli dan penjual yang pada akhirnya akan menciptakan harga ekuilibrium (harga kesepakatan).

A.    PROSES KEPUTUSAN MEMBELI
Menurut Kotler, tahap-tahap yang dilewati pembeli untuk mencapai keputusan membeli melewati lima tahap, yaitu:
a.      Pengenalan Masalah
Proses membeli dimulai dengan pengenalan masalah dimana pembeli mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan.
b.      Pencarian Informasi
Seorang konsumen yang sudah terkait mungkin mencari lebih banyak informasi tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan konsumen kuat dan produk yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan, konsumen kemungkinan akan membelinya. Bila tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhan dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan tersebut.Pengaruh relatif dari sumber informasi ini bervariasi menurut produk dan pembeli. Pada umumnya, konsumen menerima sebagian besar informasi mengenai suatu produk dari sumber komersial, yang dikendalikan oleh pemasar. Akan tetapi, sumber paling efektif cenderung sumber pribadi. Sumber pribadi tampaknya bahkan lebih penting dalam mempengaruhi pembelian jasa. Sumber komersial biasanya memberitahu pembeli, tetapi sumber pribadi membenarkan atau mengevaluasi produk bagi pembeli. Misalnya, dokter pada umumnya belajar mengenai obat baru cari sumber komersial, tetapi bertanya kepada dokter lain untuk informasi yang evaluatif.
c.      Evaluasi alternatif
Tahap dari proses keputusan membeli, yaitu ketika konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merk alternatif dalam perangkat pilihan. Konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen. Pertama, kita menganggap bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai kumpulan atribut produk. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat arti penting berbeda terhadap atribut berbeda menurut kebutuhan dan keinginan unik masing-masing. Ketiga, konsumen mungkin akan mengembangkan satu himpunan keyakinan merek mengenai dimana posisi setiap merek pada setiap atribut. Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi pada tingkat atribut yang berbeda. Kelima, konsumen sampai pada sikap terhadap merek berbeda lewat beberapa prosedur evaluasi. Ada konsumen yang menggunakan lebih dari satu prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen dan keputusan pembelian.Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif barang yang akan dibeli tergantung pada masing-masing individu dan situasi membeli spesifik. Dalam beberapa keadaan, konsumen menggunakan perhitungan dengan cermat dan pemikiran logis. Pada waktu lain, konsumen yang sama hanya sedikit mengevaluasi atau tidak sama sekali; mereka membeli berdasarkan dorongan sesaat atau tergantung pada intuisi. Kadang-kadang konsumen mengambil keputusan membeli sendiri; kadang-kadang mereka bertanya pada teman, petunjuk bagi konsumen, atau wiraniaga untuk memberi saran pembelian.Pemasar harus mempelajari pembeli untuk mengetahui bagaimana sebenarnya mereka mengevaluasi alternatif merek. Bila mereka mengetahui proses evaluasi apa yang sedang terjadi, pemasar dapat membuat langkah-langkah untuk mempengaruhi keputusan membeli.
d.      Keputusan Membeli
Dalam tahap evaluasi, konsumen membuat peringkat merek dan membentuk niat untuk membeli. Pada umumnya, keputusan membeli konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli. Faktor pertama adalah sikap orang lain, yaitu pendapat dari orang lain mengenai harga, merek yang akan dipilih konsumen. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diharapkan, harga yang diharapkan dan manfaat produk yang diharapkan. Akan tetapi peristiwa-peristiwa yang tak diharapkan bisa menambah niat pembelian.
e.      Tingkah laku pasca pembelian.
Tahap dari proses keputusan pembeli, yaitu konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas. Yang menentukan pembeli merasa puas atau tidak puas dengan suatu pembelian terletak pada hubungan antara harapan konsumen dengan prestasi yang diterima dari produk. Bila produk tidak memenuhi harapan, konsumen merasa tidak puas, bila memenuhi harapan konsumen merasa puas, bila melebihi harapan konsumen akan merasa puas.Konsumen mendasarkan harapan mereka pada informasi yang mereka terima dari penjual, teman dan sumber-sumber yang lain. Bila penjual melebih-lebihkan prestasi produknya, harapan konsumen tidak akan terpenuhi dan hasilnya ketidakpuasan. Semakin besar antara kesenjangan antara harapan dan prestasi, semakin besar ketidakpuasan kosumen. Hal ini menunjukkan bahwa pembeli harus membuat pernyataan yang jujur mengenai prestasi produknya sehingga pembeli akan puas.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian
Proses keputusan pembelian suatu merek produk tertentu dipengaruhi oleh banyak faktor. Adapun pengaruh yang mendasari perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian dibagi menjadi tiga kategori:
1)      Pengaruh Lingkungan
Pengaruh lingkungan antara lain budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi. Budaya mengacu pada nilai, gagasan, artefak dan simbol-simbol lain yang bermakna yang membantu individu untuk berkomunikasi, melakukan penafsiran dan evaluasi sebagai anggota masyarakat.Kelas sosial adalah pembagian didalam masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang berbagai nilia, minat, dan perilaku yang sama. Status kelas sosial kerap menghasilkan bentuk-bentuk perilaku konsumen yang berbeda. Beberapa dari kontribusi yang paling awal terhadap studi perilaku konsumen menggunakan perbedaan kelas sosial sebagai variabel utama dalam menjelaskan perbedaan konsumen.Pengaruh pribadi sangat menentukan keputusan pembelian terhadap suatu merek produk tertentu. Konsumen yang selektif akan aktif melibatkan diri mereka dalam proses pengambilan keputusan pembelian. Hal ini dapat menghindari resiko yang dapat ditimbulkan oleh produk. Jika tingkat keterlibatan tinggi secara pribadi maka konsumen tersebut sebagai pemimpin opini.Keluarga mempengaruhi perilaku individu dalam pengambilan keputusan pembelian karena semua individu berasal dari sebuah keluarga. Tiap anggota keluarga memiliki pengaruh pada keputusan pembelian. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat.Situasi merupakan kondisi dimana konsumen mengambil keputusan pembelian suatu produk. Pembelian disebabkan situasi dapat dipengaruhi oleh situasi dapat bersifat sementara, berhubungan dengan keadaan psikologis seseorang.
2)      Perbedaan Individual
Perbedaan dan pengaruh individu merupakan faktor internal yang menggerakkan dan mempengaruhi perilaku. Setiap individu memiliki kepribadian berbeda dan tidak ada manusia yang diciptakan sama, sehingga di dalam perilaku konsumsi individu memiliki pilihan yang berbeda pula. Ada lima hal yang menyebabkan konsumen berbeda: (1) Sumberdaya konsumen, (2) Motivasi dan keterlibatan, (3) Pengetahuan, (4) Sikap dan (5) Kepribadian, gaya hidup dan demografi.
Sumberdaya konsumen terdiri dari uang, waktu dan perhatian (penerimaan dan kemampuan mengolah informasi). Ketiga sumberdaya konsumen tersebut dapat mempengaruhi situasi pengambilan keputusan pembelian konsumen. Namun tidak semua konsumen memiliki ketiga sumberdaya diatas, sehingga konsumen harus cermat mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya.Motivasi perilaku diarahkan pada tujuan yang diberi energi dan diaktifkan (adanya suatu dorongan). Kebutuhan-kebutuhan yang ada tidak cukup kuat untuk memotivasi seseorang untuk bertindak pada suatu saat tertentu. Kebutuhan akan berubah menjadi motif apabila kebutuhan itu telah mencapai tingkat tertentu.Pengetahuan merupakan hasil belajar sebagai informasi yang disimpan di dalam ingatan. Pengetahuan menjelaskan perubahan dalam perilaku suatu individu yang berasal dari pengalaman. Pengetahuan seseorang dihasilkan melalui proses yang saling mempengaruhi dari dorongan, stimuli, petunjuk, tanggapan dan penguatan.Sikap merupakan hasil dari pencarian dan evaluasi informasi yang luas atas berbagai kemungkinan yang membentuk suatu sikap terhadap alternatif-alternatif yang dipertimbangkan. Sikap sebagai suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang merespon dengan cara menguntungkan dan tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan. Sikap dikonseptualisasikan sebagai perasaan positif atau negatif terhadap merek dan dipandang sebagai hasil penilaian merek bersama dengan kriteria atau atribut evaluasi yang penting.Kepribadian, gaya hidup dan demografi merupakan variabel penting yang berhubungan dengan keputusan pembelian. Konsumen akan mengkonsumsi produk dengan citra yang sesuai dengan kepribadian, gaya hidup (cara konsumen menghabiskan uang). Demografi memberikan keterangan mengenai sifat dan komposisi pasar.
3)      Proses Psikologis
Kebutuhan timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu seperti rasa lapar, haus dan sebagainya. Kebutuhan bersifat psikologis timbul dari keadaan atau kebutuhan untuk diakui, harga diri atau kebutuhan untuk diterima di lingkungan (Simamora, 2004). Ada tiga faktor dalam proses psikologis : (1) pengolahan informasi, (2) pembelajaran, (3) perubahan sikap dan perilaku (Engel et.al.1994).Pengolahan informasi menyampaikan cara–cara dimana informasi ditransformasikan, dikurangi, dirinci, disimpan, didapatkan dan digunakan kembali. Bagi pemasar pengolahan informasi sangat penting untuk mengetahui dan memahami perilaku konsumen.Pembelajaran merupakan proses dimana pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku. Konsumen akan memutuskan untuk mengkonsumsi produk dan merek tertentu berdasarkan pengalaman diri sendiri dan orang lain. Akumulasi pengalaman seseorang selama hidupnya akan menambah pengetahuan serta mempengaruhi sikap terhadap produk yang dikonsumsinya.Perubahan sikap dan perilaku mencerminkan pengaruh psikologis dasar yang menjadi subjek dari perilaku konsumen. Perubahan sikap dan perilaku dapat dipengaruhi oleh individu, kelompok maupun pemasar.

B.     MEMILIH ALTERNATIF TERBAIK
Pengambilan keputusan (untuk membeli atau tidak membeli) seseorang dioengaruhi oleh faktor sosial personal dan sosial. Faktor personal meliputi motivasi, persepsi, pemahaman, kepercayaan, sikap, dan kepribadian seseorang dalam membeli suatu barang yang mereka inginkan. 
Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi maksud pembelian dan pendirian orang lain dapat mengurangi alternatif produk yang disukai. Faktor-faktor tersebut yaitu:-   Intensitas dari pendirian negatif orang lain-   Motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.Adapun langkah-langkah antara evaluasi alternatif dan keputusan pembelian terlihat pada gambar 1, berikut ini:




Gambar 1. Langkah-langkah antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan pembelianSumber : Engel et.al.(1994)


Menurut Kotler (2000), Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian adalah:
a.      Faktor  budaya: kultur, subkultur, dan kelas sosial.
b.      Faktor sosial: kelompok acuan, keluarga, peranan, dan status
c.      Faktor kepribadian: usia dan tingkatan kehidupan, jabatan, keadaan.


C.     MEMILIH SUMBER-SUMBER PEMBELIAN
Sumber-sumber yang diperoleh  meliputi: (1) Pasar adalah kelompok individual ( perorangan maupun organisasi ) yang mempunyai permintaan terhadap barang tertentu, berdaya beli, dan berniat merealisasikan pembelian tersebut. Secara keseluruhan, perilaku pasar bersifat hetrogen. (2) Konsumen yaitu motivasi yang dapat dipandang sebagai dasar dari semua perilaku konsumen. Contoh: yaitu sebuah pertanyaan mendasar yang perlu di jawab oleh setiap pemasaran adalah : “ apa yang memotivasikan seseorang untuk membeli produk atau jasa yang saya tawar kan?”.motivasi dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang diarahkan kepada satu tujuan.Serta proses pengambilan keputusan dipengaruhi oleh faktor personal maupun sosial konsumen, serta respons perilaku pasar konsumen sebagai faktor keluaran dapat merupakan keputusan pembeliaan (dan pembelian selanjutnya) atau tidak melakukan pembelian (menolak produk yang ditawarkan).sehingga  variabel yang berada di luar individu  (vaktor eksternal) yang sangat berpengaruh dalam proses pembelian. Jadi  keputusan tersebut yang akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka. Proses tersebut adalah sebuah pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri atas enam tahap seperti:
-        Menganalisis keinginan dan kebutuhan, terutama untuk mengetahui adanya keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi atau terpuaskan.
-           Menilai beberapa sumber yang ada.
-           Menetapkan tujuan pembelian.
-           Mengidentifikasikan alternatif pembelian.
-           Perilaku sesudah pembelian.
Definisi perilaku konsumen dari para ahli yaitu:
Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan penggunaan barang-barang atau jasa ekonomi yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan eksternal yang merupakan kondisi yang terjadi saat itu atau kondisi harapan yang diperkirakan akan terjadi.
Definisi lain adalah bagaimana konsumen mau mengelurkan sumber dayanya yang terbatas seperti uang, waktu, tenaga untuk mendapatkan barang atau jasa yang sesuai yang diinginkan.
Variable-variabel dalam mempelajari perilaku konsumen yaitu:
a.       Stimulan
Stimulan yang merupakan masukan proses perilaku dibedakan atas rangsangan pemasaran dari perusahaan dan rangsangan dari lingkungan konsumen itu sendiri. Sedangkan  proses pengambilan keputusan dipengaruhi oleh faktor personal maupun sosial konsumen, serta respons perilaku pasar konsumen sebagai faktor keluaran dapat merupakan keputusan pembeliaan (dan pembelian selanjutnya) atau tidak melakukan pembelian (menolak produk yang ditawarkan).sehingga  variabel yang berada di luar individu  (vaktor eksternal) yang sangat berpengaruh dalam proses pembelian. Contohnya merek dan jenis barang, iklan pramuniaga.
b.      Variabel Respon
Variabel Respon merupakan hasil aktipasi indifidu sebagai reaksi dari variabel stimulan. Variablel Respon sangat bergantung pada faktor individu dan kekuatan stimulan.Contohnya  keputusan membeli barang, sumber-sumber pembeli serta penilaian terhadap barang.
c.     Variabel Interverning
Variabel Interverning adalah variabvel antara variabel stimulan dan respons variabel intervening individu, termasuk motif-motif membeli, sikap terhadap suatu peristiwa, dan persepsi  terhadap suatu barang.


  1. KESIMPULAN
Perilaku Konsumen adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka membeli dan mengkonsumsi barang dan jasa untuk kepentingan pribadi maupun keluarganya dan tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai dan pengalaman terhadap produk, serta calon konsumen dalam memasarkan produk atau barang dan jasa yang kita buat agar konsumen dapat tertarik dan ingin mencoba serta  mengkonsumsinya secara terus menerus dan tidak kecewa sehingga laporan terhadap perilaku konsumen baik-baik saja terhadap atasan perusahaan tersebut.Sekarang ini masalah distribusi pendapatan ini kita kaitkan dengan pola pengeluaran keluarga, karena keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Pola  pengeluaran akan berbeda-beda sesuai dengan tahap-tahap dalam siklus kehidupan perilaku konsumen serta sumber-sumber yang ada.Errest Engel, seorang ahli statistik berkebangsaan jerman, berdasarkan penelitiannya ( lebih seabad yang lalu ) tentang pola pengeluaran konsumen dalam hubungannya dengan tingkat pendapatan keluarga, telah berhasil membuat rumusan yang kemudian dikenal dengan Hukum Engel.


  1. DAFTAR PUSTAKA
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/27540/Bab%20III%20Kerangka%20A10ppf-5.pdfhttp://www.ilmumu.com/pengetahuan/pengertian-pembelian/http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/27540/Bab%20III%20Kerangka%20A10ppf-5.pdfhttp://scolisadebby.wordpress.com/2011/12/28/tugas-softskill-ke-3/http://rinaa90.wordpress.com/2011/11/01/bab-5/